pada tanggal
Nonton
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Niat hati berangkat lebih pagi biar sampai di Sea World Ancol nanti bisa berkeliling lebih lama sambil menikmati cantiknya para hewan laut yang ada di akuarium besar sana, bubar semua. Apalagi kalau bukan karena tingkah si partner yang maunya leyeh-leyeh di rumah kalau sudah akhir pekan begini.
Sebagai pihak yang sudah kerepotan sejak pagi menyiapkan beragam bekal makan siang, membisiki segala yang akan dilakukan Geng Bocil di beberapa hari sebelumnya demi antisipasi drama di jalan, termasuk menyiapkan rencana aktivitas di sana, tentu saya auto naik pitam. Kenapa ya, tiap mau jalan pagi, ujungnya berakhir kesiangan?
Akhirnya, canda seru saya hilang sepanjang perjalanan. Merasa bersalah, si partner mencari tahu, berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk mengelilingi seluruh wahana belajar sambil rekreasi di Sea World Ancol nanti.
Menurut sudut pandang dari AI di aplikasi penelusuran, akan butuh waktu 3 hingga 5 jam untuk menjajal seluruh wahana. Nah lho, padahal tempat yang mau dituju -- sudah pegang tiketnya pula -- lebih dari satu.
Bertahun lalu, saya dan si partner sudah mendatangi Dufan Ancol, berdua saja. Waktu itu, kami memilih naik commuter line dan turun di Stasiun Kota Tua. Selanjutnya, kami menyambung perjalanan dengan naik angkutan umum yang langsung membawa kami turun di jembatan dekat pintu gerbang Ancol Taman Impian.
Pulangnya, kami memilih menggunakan bus Transjakarta. Kembali ke Stasiun Kota Tua, tentu saja. Tak jauh dari gerbang kawasan wisata Ancol, haltenya berada. Tinggal jalan kaki sedikit saja.
Namun sejak menikah dan dikaruniai Geng Bocil, rasanya perjalanan panjang begitu belum jadi pilihan kami lagi. Tentu, saya dan si partner masih menenteng Geng Bocil untuk duduk manis di gerbong commuter line Jabodetabek. Memanfaatkan kursi khusus bagi penumpang yang membawa anak kecil.
Sampai di Stasiun Kota Tua -- yang ternyata sekarang makin luas dan nyaman -- si partner memesan ojek mobil daring. Kami diturunkan tepat di pintu masuk Sea World Ancol.
Memang, ada tiket masuk kendaraan yang harus saya dan si partner bayarkan. Tapi, tak apa. Kenyamanan sepanjang membawa Geng Bocil jadi prioritas utama kami berdua.
Maka dari itu, lebih tenang dan memudahkan kalau sudah beli tiket untuk main di Sea World Ancol, atau sekalian saja ke Jakarta Bird Land, secara online. Mengurangi keribetan di hari kunjungan.
Walhasil, kami semua tiba di pintu masuk Sea World Ancol hampir jelang jam makan siang khusus Geng Bocil. Hhh ... terima kasih untuk serangkaian tantangan sepagian itu untuk si partner kesayangan. Mohon nggak sering-sering diulang ya.
Benar saja, melirik jejeran meja makan, Geng Bocil mulai merengek. Sebelum berkeliling, lebih baik perut mereka diisi dahulu.
Baru melangkah ke dalam pintu masuk akuarium besar di kawasan wisata Ancol itu, mata saya lekas menangkap keberadaan food court di sisi kanan. Area makannya berhadapan langsung dengan toko souvenir yang seringnya jadi pintu keluar wahana.
Sebuah gerai minuman yang terkenal dengan coklat dan bobanya, menarik perhatian. Wah, brand yang tersedia pun merupakan brand food and benerage tersertifikasi halal. Mantap.
Sementara di bagian ujung, ada sebuah lorong yang ditempati toilet umum. Petugas kebersihannya pun secara teratur membersihkan bagian luar dan dalamnya. Aroma wangi sabun buah menguar lembut saat berada di sana. Dan saya, tentu bawa Geng Bocil untuk cuci tangan dulu.
Sebagai pengunjung yang bawa anak-anak ke sini, tentu saja gembira jadinya. Anak-anak pun bisa duduk tenang sembari menyantap bekal makan siang mereka, sementara saya jajan boba. Tersedia pula kursi tinggi khusus balita bila diperlukan, namun memang jumlahnya terbatas ya.
Jumlah meja yang tersedia siang itu, hampir penuh Berbagi dengan pengunjung lain bukanlah masalah. Maka, usai menyuapi Geng Bocil, kami tak berlama-lama di sana.
Walau ada petugas kebersihan yang teratur bolak-balik merapikan meja makan yang tadinya dimanfaatkan pengunjung, Ka Acha menghimbau agar kamu juga tetap memperhatikan kebersihan ya, Dears. Selepas santap siang, rapikan lagi segala rupa bekas makananmu, lalu buang sampahmu pada tempat sampah yang tersedia.
Sayangnya, tempt sampahnya masih menyatu alias belum dipilah. Cuma ya nggak apa-apa. Rasanya masyarakat kita kebanyakan masih berjuang untuk menaikkan kebiasaan buang sampah pada tempat sampah yang disediakan dulu. Belum banyak yang sudah terbiasa memilah.
Selepas dapat cap biru di tangan, sekumpulan petugas mengajak kami berfoto terlebih dahulu. Nantinya, foto tersebut bisa kamu tebus di counter yang ada di dalam Sea World. Jumlah yang perlu saya dan si partner bayarkan senilai 160-an ribu untuk foto yang dicetak, juga gantungan kunci dari foto tadi. Bila ingin meminta soft file, maka harganya berbeda lagi.
Berhubung ini kali pertama saya dan si partner masuk ke Sea World Ancol bersama Geng Bocil, maka kesempatan ini nggak kami lewatkan. Sebenarnya, ada pula fotografer mandiri yang menghadang di pintu kedatagan. Tapi, bagi kami, lebih nyaman pilih foto di dalam ruangan saja.
Beragam akuarium dengan segala rupa hewan laut yang hidup di dalamnya, menarik seluruh perhatian kami. Demi apa, saya dan si partner bukan seperti dua orang dewasa yang datang membawa dua anak-anak, melainkan empat anak-anak yang sedang berkeliling ke berbagai wahana akuarium bermodal seluruh rasa ingin tahu yang kami bawa serta.
Seekor Ikan Pemanah Bergaris atau Archerfish menarik perhatian saya. Ia berenang tenang di dalam sebuah akuarium besar dengan air yang berwarna kehijauan khas air laut. Batu-batu kerikil di sebar di area bawah akuarium, embuat mata semakin dimanjakan. Pencahayaan ruangan yang dibuat remang makin menyedot fokus pada keindahan di setiap akuriumnya.
Ikan-ikan kecil dan besar melintas tenang. Pergerakan siripnya anggun. Saya dibuat teriam cukup lama di beberapa akuarium. Geng Bocil pun memperhatikan dengan tenang. Hanya sekali dua kali mereka melempar pertanyaan.
Jumpa dengan Ikan Lele Ekor Merah, si lele air tawar besar dari Amazon yang membuat kami berempat mendadak heboh. Bagaimana nggak coba, lele yang biasa kami temui di kolam kan ukurannya nggak sebesar ini. Kumisnya pun bergerak pelan, mendukung pergerakannya di dalam air.
Ada pula Arapaima, si predator yang biasa memangsa ikan-ikan kecil. Akibat tubuhnya paling besar, maka dengan cepat kami mengenali keberadaanya.
Belum lagi perjumpaan dengan Ikan Arwana Super Red, Belut Listrik, Teripang Koro, dan masih banyak lagi. Paling menarik perhatian Geng Bocil tentu saja touch pool, dan shark aquarium.
Khusus di akuarium hiu, pertunjukan dari seorang penyelam yang memberi makan secara langsung ikan-ikan berbahaya itulah yang jadi bahan bahasan panjang setelah pulang dari liburan seru di Sea World Ancol. Rupanya, Geng Bocil dibuat terpana oleh atraksi yang mereka saksikan langsung. Momen salah satu Geng Bocil saya gendong di antara kerumunan pengunjung yang berdiri dan duduk berdesakan di depan akuarium besarnya.
Beberapa akuarium unik pun ada di sini. Car aqurium, truck aquarium, bahkan ada akuarium yang dibentuk sedemikian rupa persis sebuah pinggiran kota kecil yang tenggelam karena ikan-ikan mungil berenang di sekitar kereta api mainan yang berdiam di relnya.
Saya dan si partner pun punya kesempatan mengenalkan beragam karang laut. Lebih tepatnya sih, kami yang belajar, dan Geng Bocil yang megekori setiap alur keingintahuan kami berdua.
Secara aktif si partner menunjuk beragam hewan laut unik yang kami lintasi sepanjang berkeliling. Kepiting Raja Alaska yang besar sekali, menjadi perhentian sebelum naik ke lantai atas. Ada galeri terang dengan hewan-hewan laut yang sudah diawetkan. Ada juga game interaktif yang bisa dicoba. Kebetulan, keseruan kami beempat selanjutnya mencipta antrean dari pengunjung lain yang tergoda untuk coba main game-nya juga.
Saya kira, masuk ke antasena tunnel menjadi akhir perjalanan kami di Sea World Ancol. Jujur saja, pengunjung yang mengular di pintu masuknya, juga suasana yang kurang kondusif di dalam akibat padatnya orang-orang dan mereka cukup berisik karena sibuk sendiri, membuat saya terpikir untuk kapan-kapan berkunjung lagi di weekday saja.
Berdiri pada eskalator melingkar yang mengelilingi terowongan di bawah akuarium besar begini, sebenarnya bisa jadi hiburan utama. Pengalaman yang di dapat begitu unik jadinya. Seolah-olah saya tenga berdiri tenang di dasar lautan, sementara seluruh penghubinya berenang bebas di kiri, kanan, juga di atas kepala saya.
Petualangan belum berakhir. Museum Misteri Kehidupan Laut di dalam Sea World Ancol, mengurungkan keinginan kami untuk keluar.
Cukup lama saya dan si partner berdiam di hadapan hewan laut dalam yang sudah diawetkan dan di pajang di sana. Kebiasaan kami mengajak Geng Bocil belajar dari beragam video tentang kehidupan laut, memunculkan hasilnya. Mereka sesekali menggantikan si partner yang sejak awal sibuk bertingkah persis guide dalam petualangan kami kali ini.
Keluar dari sana, ada wahana jellyfish sphere yang benar-benar luar biasa. Seperti keajaiban, saya menyaksikan ubur-ubur besar berenang tenang. Cahaya pendukung di akuarium yang sesekali berubah warna, menjadikan wahana ini selanjutnya jadi favorit kami semua.
Bahkan, ada pula ubur-ubur super mungil yang bisa kami saksikan. Mereka semua berkumpul dalam sebuah akuarium berkaca bening, sibuk berenang naik turun.
Di area dekat kamar mandi di bagian dalam Sea World Ancol, ada juga akuarium yang ikannya boleh disentuh. Bersama pengunjung lainnya, Geng Bocil mengantre, menunggu kesempatan untuk mengijinkan para ikan menyentuh kulit tangan mereka.
Liburan di Sea World Ancol begitu menyenangkan. Ngambeknya Ka Acha saat berangkat tadi, luntur semua oleh pesona para hewan air yang berdiam di setiap akuariumnya. Waktu berkeliling pun yang diperkirakan si AI dari laman penelusuran memang benar. Main ke Sea World Ancol tuh nggak bisa cuma sebentar.
Komentar
Posting Komentar