pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Matahari perlahan berubah kemerahan. Senja sudah bertandang di sore itu.
Langkah kaki saya kembali menginjak tangga di pintu masuk dari Museum IPTEK TMII. Sesi bermain saya bersama anak-anak dan si partner tadi, seru sekali. Bahkan bila memperhatikan sekitar, kami menjadi salah satu pengunjung yang terakhir keluar.
Puas. Dengan harga tiket masuk per orang yang tak sampai
menyentuh angka 30 ribu per orangnya, kami bisa menjajal berbagai permainan
yang bertema sains dan teknologi.
Sejak menyadari kalau Taman Mini Indonesia Indah mulai
berbenah diri, lokasi wisata edukasi ini lekas masuk ke dalam list kunjungan
keluarga kecil kami. Tak ada lagi drama harus mengantre untuk memarkirkan
kendaraan di beberapa wahana atau anjungan, sebab kendaraan sudah dilarang
masuk kawasan. Kini, semua bisa ditempuh naik bus listrik yang wara-wiri
mengangkut pengunjung.
Ditambah pula dengan rute bus yang benar-benar mengitari
semua wahana di dalam Taman Mini. Walhasil, pengunjung macam Ka Acha yang di
jaman kuliah ya tahunya hanya danau di bagian tengah beserta anjungan dan
gondola, makin menemukan kalau banyak tempat menarik di TMII.
Ternyata, penjelajahan Ka Acha di salah satu ikon wisata
Jakarta Timur yang diresmikan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto ini,
nggak sampai seujung kuku. Saya ingat sekali kalau Masjid
At-Tin pernah punya ceritanya tersendiri di blog ini. Kemudian, belum ada
kisah wisata ke bagian lainnya.
Satu kesamaan ketika saya mengunjungi Taman Mini Indonesia
Indah. Entah kenapa, rasanya suasana langit senja di kawasan Jakarta Tmur,
cantik untuk diabadikan dengan kamera.
Kala itu di hari kerja, selepas menyantap habis bekal makan
siang yang saya siapkan dari rumah, anak-anak minta bermain lagi. Sebelumnya,
kami sudah berkeliling ke salah satu wahana untuk mengenal soal dunia fauna,
Taman Burung. Kisahnya insyaAllah akan saya ceritakan di blogpost selanjutnya
ya.
Mendapati kalau di hari kerja dan memang musim liburan sih
ya, antrean pada halte bus listrik dalam kawasan Taman Mini sudah mengular. Niat
saya untuk naik bus kembali, menciut.
Menenteng seorang anak usia Taman Kanak-Kanak, mungkin
bukanlah masalah besar. Tapi si bungsu ini masih balita. Sebab tiap merasa
lelah, dia dipastikan merengek minta didekap terus dalam gendongan alias nggak
sanggup lagi jalan kaki.
Mau cari yang begini di wahana lain, alhamdulillah di Gedung PP-IPTEK TMII juga ada. |
Bayangkan, pundak dan punggung saya akan sesakit apa di
malam hari, bila seharian mengijinkan si bungsu ini enggan turun untuk berjalan
sendiri. Lho, kenapa nggak bawa stroller,
Ka Acha? Sesungguhnya balita saya pun sudah cukup besar untuk berlama-lama
duduk di kereta dorongnya, jadilah si alat itu kami minimalisir sejak lama
penggunaannya.
Mood saya mendadak
kacau-balau. Aroma asap rokok yang mengepul dari mulut beberapa pengunjung di
sekitaran halte, menyiksa. Dalam hati, saya sudah istigfar berkali-kali.
Bisa-bisanya mereka abai padahal banyak anak kecil di sekitar mereka, mayoritas
balita pula. Hhh … atau memang para perokok – walau nggak semua begitu ya – nir
etika?
Dalam benak saya lekas mensyukuri, betapa dulu saya memang
keras kepala, pokoknya enggan punya pasangan yang perokok. Sebab bagi saya, ada
3
alasan nggak asik punya pasangan perokok, dan alasan itu kini makin bertambah
saja jumlahnya semenjak hadirnya para bayi dalam hidup saya.
Catatan lain, lokasi wisata yang katanya kids friendly tapi tetap ada asap rokok,
nampaknya nggak benar-benar ramah anak. Semoga ini menjadi perhatian tersendiri
bagi pihak pengelola Taman Mini Indonesia Indah.
Lalu … penampakan sebuah bangunan di hadapan halte bus
tempat kami menunggu, seketika menarik perhatian. Dalam rencana awal
perjalanan, mampir ke Museum IPTEK TMII belum masuk hitungan. Dua anak kecil
saya ini sukanya Dinosaurus, maka saya dan si partner mengincar wahana yang
bisa memuaskan rasa haus mereka akan sosok hewan purba tersebut.
Tapi, siang itu, naik bus untuk berkeliling, bukan lagi
pilihan. Mantap langkah kaki kami memilih menyeberang jalan.
Sebuah bentukan robot nan tinggi besar laksana Gundam namun
warnanya sekuning Bumblebee, membawa saya terpana. Wua … seketika saya tahu,
tempat ini bukan hanya akan menarik bagi anak-anak dan si partner, tapi juga
saya.
Selepas membeli tiket, kami berempat memulai penjelajahan.
Mana saya duga kalau di bagian depan juga ada wahana yang mengenalkan tentang
si hewan yang sudah punah? Bahkan saya bisa menjajal rasanya melihat sekitar
lewat sudut pandang dari dua dino lewat alat peraga yang tersedia.
Semangat untuk berkeliling akhirnya makin membara. Level
antusias saya dan segenap anggota keluarga kecil saya menanjak terus.
Ada penampakan pesawat kecil saat kami makin masuk ke bagian
dalam. Benda besar dengan dominasi warna putih khas burung besi penjelajah itu
menyambut dari sudut ruangan. Sebuah komputer peraga yang mengijinkan
pengunjung mencicipi bagaimana rasanya menerbangkan pesawat ala game komputer, tak kami sia-siakan untuk
dicoba.
Lama kami berada di sana. Hingga mendapati kalau ada atraksi
peluncuran roket air. Namun hujan yang menderas di luar, menjadikan atraksi
tersebut terpaksa ditiadakan.
Saya melipir lebih dulu memasuki sebuah ruangan kecil yang
jadi lokasi peragaan sains lainnya. Siang itu, dua orang peraga di atas
panggung, secara atraktif mengenalkan pada anak-anak tentang beberapa percobaan
udara panas dan udara dingin secara sederhana dari bahan-bahan yang mudah
ditemukan.
Sebagai pengunjung dewasa, saya terpana. Bukan hanya
anak-anak saja yang dapat edukasi mengenai perubahan kimia dari berbagai bahan
sederhana yang sebenarnya mudah ditemukan di rumah itu. Aih … andai ada guru
dan laboratorium aktif di sekolah saya dulu, mungkin pelajaran kimia dan fisika
akan menjadi favorit saya juga. Celetukan batin yang sama ketika saya baca komik
Sandi Nusantara.
Tak hanya berhenti di situ. Area peragaan cermin dan
bayangan sungguh menarik, terutama bagi si bungsu yang masih balita. Ia
tergelak-gelak mendapati, saat berdiri di depan cermin yang diatur sedemikian
rupa, dimana bayangan dirinya jadi ada beberapa. Pun ketika ia mengangkat
tangannya, seolah dapat instruksi, pantulan dirinya turut menampilkan tingkah
yang sama.
Masuk ke gedung Museum IPTEK TMII seolah mampir ke dalam
sebuah buku pelajaran yang lengkap, namun setiap bahasannya dikulik dengan cara
yang menyenangkan. Bila buku hanya menyajikan gambar dan sederet tulisan rumus
dan contoh kasus, di sini saya bisa mengalami semua pengalaman belajar tadi
secara fisik. Maka memori pun jadi mudah mengingat dan memahami soal mengapa
dan kenapa proses begini bisa begitu, dan lain sebagainya.
Ada satu spot yang saya suka dan buat saya betah
berlama-lama bersama si sulung dan si bungsu. Sebenarnya permainan begini biasa
ditemukan pula pada area bermain di mall yang harga tiket masuknya lumayan itu
lho.
Permainan menyentuh gambar tertentu di dinding, kemudian
akan memunculkan perubahan warna pada gambar tadi. Permainan yang memanfaatkan
sensor di gambar yang pergerakannya ditangkap oleh kamera yang diletakkan di
atas, berseberangan dengan dinding tempat gambar tadi ditempel. Asiknya, suara
hewannya ikut muncul.
Ingin belajar tentang cahaya dan suara pun bisa dilakukan di
Museum IPTEK Taman Mini ini. Asal sanggup menemani si kecil berkeliling, dan
menunjukkan antusias untuk mencoba menggunakan berbagai alat peraga yang
disediakan dengan aman sesuai petunjuk yang ditempelkan di alat tadi, main ke
sini seketika sukses jadi wisata edukasi.
Fasilitas Di PP-IPTEK Taman Mini
Jakarta
Salah satu alasan Ka Acha, si partner, bersama dua putra
kami betah berlama-lama bermain di gedung sains Taman Mini bukan hanya karena
banyaknya permainan bertema sains dan teknologi yang bisa dicoba pengunjung
secara mandiri. Kamar mandinya yang berada di lantai teratas, juga mushola di
sini terhitung bersih.
Memang sih, jika ingin berwudhu, tak bisa langsung dilakukan
di mushola lantai atas tersebut. Selepas membuka alas kaki dan meletakkannya
dengan teratur di rak depan pintu mushola, berwudhu bisa dilakukan di kamar
mandi yang memang disatukan dengan toilet. Jadi, perempuan dan laki-laki terpisah
tempatnya. Ada sandal jepit yang sudah disediakan pihak pengelola untuk dipakai
ke sana.
Namun, tetap saja saya mendapati kekurangan sepanjang
berwisata di PP-IPTEK TMII ini. Mulai dari alat peraga yang nampak sekali nggak
terawat baik, sehingga ada saja alat uji coba yang menarik perhatian si kecil
kami, sayangnya sudah nggak bisa digunakan lagi.
Bila boleh berandai-andai, gedung IPTEK sangat bisa jadi
wahana belajar bukan hanya bagi anak usia sekolah, namun juga orang dewasa.
Semoga perawatan segala permainan sains dan teknologi di gedung sains dan
teknologi ini lebih diperhatikan lagi.
Maka di kala matahari mulai berwarna jingga di luar
bangunan, dan satu demi satu AC beserta lampu mulai dimatikan, saya baru
mengemasi tas kembali untuk bersiap pulang. Sebenarnya, si sulung dan si bungsu
masih ingin bermain lebih lama lagi. Tapi kan, nggak asik juga kalau di akhir
cerita kami tanpa sengaja terkunci di sana.
Dengan langkah terburu menuju lantai dasar demi lekas sampai
di pintu keluar, saya sempatkan memandang sekeliling gedung yang sudah sepi
pengunjung. Sore itu, rasanya masih ada beberapa permainan yang ingin dicoba.
Sayangnya, hampir empat jam kami berkeliling dan mencoba sana sini, belum bisa
menjajal semuanya.
Wah … semoga di kesempatan kunjungan ke Museum IPTEK TMII
selanjutnya – bisa jadi saat anak-anak sudah lebih besar dan berbagai permainan
sains dan teknologi banyak yang telah diperbaiki dan diperbaharui – saya bisa
berkeliling lebih lama lagi.
Bener banget mbaa TMII sedang berbenah lebih baik lagi, terlihat dari video yang beredar makin banyak aja area yang bisa dicoba. Seru banget ya permainan yang bisa mengenalkan sains dan teknologi gini. Suara hewan juga ikutan muncul, menambah keseruan bisa jadi tebak-tebakan juga sama anak. Jadi pengen ke TMII lagi, hehe.
BalasHapusIya Mba. Ini juga nih alasan aku tergoda untuk liburan keluarga ke Taman Mini juga.
HapusMuseum IPTEK TMII adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi semua orang yang ingin belajar dan bermain sambil bersenang-senang. Tempat ini menawarkan pengalaman edukasi yang menarik dan interaktif untuk semua usia.
BalasHapusJAdi kepengen kesana juga dong ya
Harus lebih diperhatikan lagi ya, tentang perawatan museum dan soal kenyamanan pengunjung. Sebel juga sih sama perokok yang kadang malah sengaja mengganggu orang dengan asapnya.
BalasHapusEntah kenapa, mana sering ketemunya dengan perokok yang nirempati dibanding yang lekas mengerti keadaan sekitarnya.
HapusDuh, sayang banget ya ada yang nggak terawat begitu. Tapi di Bandung juga sama sih Cha. Nggak semua museumnya terawat dan ada aja perangkat penunjang yang rusak. Entah karena biaya perawatannya entahlah, atau karena tangan jahil pengunjung.
BalasHapusNah iya, bisa jadi Teh. Mungkin ada faktor pemicu yang sebagai pengunjung ya cuma isa menyampaikan keadaan, tanpa tahu awa bisa begitu dan kenapa nggak lekas dibenahinya.
HapusSaya pernah ke sini dulu pas ngajar, bareng siswa sih. Duh keren emang. Saya aja gurunya sampe takjub gitu. Cuma karena bawa anak-anak, jadi ya nahan-nahan diri dan mendahulukan anak-anak untuk eksplorasi.
BalasHapusPadahal dalam hati, geregetan pengen ikutan coba juga ya, Mba.
HapusUdah lama banget ga ke TMII, jadi kangen dengan wahana-wahana di sana.
BalasHapusSepertinya seru banget menjelajah di museum IPTEK TMII ini, cocok bawa anak-anak, ya buat sekalian belajar
Daku terakhir ke sana pas kelas 11 SMU hihi. Otomatis udah banyak perubahan deh. Pankapan ke PP IPTEK TMII lagi deh, siapa tahu bisa bawa ponakan
BalasHapusBelum pernah ke TMII setelah direnovasi. Tepatnya untuk jalan-jalan bersama keluarga. Tapi kalau untuk survei pernah. Memang adem dan segar suasananya sekarang ya. Atau karena hari kerja, jadi sepi pengunjung.
BalasHapusSudah masuk daftar mau ke sana sih tapi belun juga kesampaian. Bakal seru kayaknya ya ke museum IPTEK bawa anak-anak
Wah keren museum iptek TMII. saya belum pernah ke sana lagi sejak direnovasi, Mbak. Ternyata menarik sekali mengajak anak-anak. Jadi mengenal berbagai teknologi. Jadi masuk list ini. Apalagi termasuk dekat dari rumah. Bisa naik LRT atau busway juga.
BalasHapusIya. Akses buat naik transportasi umum pun mudah, sekarang.
HapusWiiih, mang bole seseru itu main sambil belajar di Museum IPTEK TMII sampe paling terakhir pulang, haha.. Aku dulu tahun 2000an pernah ke TMII tapi lupa udah masuk sini belom ya.
BalasHapusDulu terakhir kali saya ke TMII kayaknya belum ada Museum IPTEK TMII, deh! Nanti kalau ke sana lagi ingin juga lihat berbagai permainan sains dan teknologi. Pasti anak-anak sukaa.
BalasHapusMuseum IPTEK benar-benar bisa menarik eprhatian nih, berbagai koleksi yang ada di dalamnya lasti akan membuat pengunjung benar-benar senang. Terkhusus juga anak-anak
BalasHapusWah seru juga ya mbak ajak anak ke museum IPTEK TMII apalagi klo tiket masuknya juga murah, tapi itu sama ya untuk harga masuk tiket dewasa dan anak ya?
BalasHapusDari kecil denger cerita dari orang-orang tentang TMII jadi pengeeen banget kesana. Pengen tau gitu gimana rasanya 'keliling' Indonesia. Eh ternyata sekarang TMII punya museum IPTEK juga. Keren banget!
BalasHapusakupun yang orang dewasa masuk ke museum IPTEK itu rasanya seruu banget, apalagi anak-anak ya, pasti mereka excited..jadi wish list nih kalau ke Jakarta, kudu banget mampir TMII
BalasHapusmasyaAllah murah banget HTMnya. Aku kira bakal ratusan ribu. Ternyata puluhan ribu dong udha bisa dapat ilmu pengetahuan dengan cara menyenangkan
BalasHapusPas baca yg bagian banyak peraga yg rusak, kok sediiiih jadinya 😣. Aku dan kluarga pecinta museum bangetttt. Tiap kali ke LN, kami berusaha utk lihat museum2 di sana. Beberapa negara maju, museumnya sangaaat interaktif, terawat, dan rameee.
BalasHapusTerkadang kepikiran, kenapa Indonesia ga bisa begitu, membuat museum yg bagus, informatif, interaktif, murah dan bisa rame pengunjung. Tapi ga lupa harus terawat juga.
Kita bukan kekurangan museu.. ada museum di sini, murah dan beberapa gratis kan. Tapi sepi.. Ntah krn ga menarik, terlalu muram vibe nya atau memang orang Indonesia selain literasi rendah, minat belajar sejarah juga rendah 😣? Padahal, museum itu adalah tempat terbaik utk bisa paham sejarah
Iya banget lho, Mba. Beberapa museum pun keadaannya memprihatinkan sih. Entah kurang perhatian dari pengelola atau bagaimana. Seolah museum itu nggak selalu ada peminatnya.
HapusSaya terakhir ke PPIPTEK ketika anak-anak masih kecil. Bener banget, tuh. Gak bisa sebentar kalau main ke sana. Karena ada aja hal yang menarik. Sebetunya juga bikin anak jadi tau kalau belajar IPTEK tidak membosankan
BalasHapusNah iya kak Acha, aku ngalamin banget pas tanggal merah ke TMII ada beberapa pengunjung bapak-bapak yang dengan cuek bebeknya ngerokok di area TMII. Miris dan risih sama asap rokonya, apakah memang tidak ditegur ya ssma petugas? Atau memang si bapak perokok tidak menggubris entahlah kesel sama perokok egois kayak gitu.
BalasHapusBeda hal pas berkunjung weekday kak, alhamdulillah 2x kunjungan ke TMII beneran bebas asap rokok, entah kebetulan atau gimana. Harapannya semoga tidak ada lagi peroko yang ngetokok di tempat wisata 😇.
Museum IPTEK ini salah satu destinasi wisata yang belum sempat mbak Lala sambangi, tiap ke TMII rasanya memang ga bisa keliling semua area ya, luas banget.
Maybe next aku coba masuki area museum IPTEK. Makasih detail info nya kak.
Betul sekali kak Masuk ke gedung Museum IPTEK TMII seolah mampir ke dalam sebuah buku pelajaran yang lengkap, namun dikemas dengan sangat menyenangkan. Tak hanya untuk anak-anak kita orang dewasa juga
BalasHapusKeponakan saya wajib tau wahana baru IPTEK ini. Udah enam tahun lalu saya terakhir ke TMII. Sepertinya sekarang lebih woth it buat ke sana ya Mba lihat cerita Mba yg seru ini.
BalasHapusMenarik sekali ini museum IPTEK TMII seperti menjelajah lorong waktu ya kak penuh dengan pengetahuan
BalasHapusimpianku dari kecil main ke PPIPTEK karena dulu ada Galileo Galilei di TV tapi baru terwujud tahun lalu ke TMII, yaaay! Seru yaah betah keliling berjam-jam mencoba aneka eksperimen di sini. Sayangnya itu agak gelap dan panas di beberapa tempat dan bareng rombongan sekolah, jadi enggak gitu jelas pemandunya ngomong apa. Overall, bagusss buat edukasi sains!
BalasHapusKadang buatku ya Mba -- alasan personal sih ini sebenarnya -- kalau bareng rombongan sekolah, mungkin karena banyak juga orangnya, dan beragam ketertarikannya, suka berasa kurang gereget dan ngasih kesan aja. Enak jalan sendiri atau sama keluarga inti nggak sih?
HapusWisata seperti ini bisa untuk mengedukasi anak juga ya mbak Acha. Hhmm... memang musim liburan cenderung ramai pengunjung. Tapi kesempatan datang ke museum biasanya pas liburan aja sih ya
BalasHapusudah lama banget nggak ke TMII, sekarang banyak perubahan dibanding aku dulu kesana. Seperti museum IPTEK ini
BalasHapusjadi inget kayaknya dulu tuh di tv ada acara kuis soal iptek gini, nambah ilmu banget dah kalau soal teknologi
apalagi sekarang ada museumnya, sayang sekali ya kurang terawat gitu ya mbak
Beberapa kali saya datang ke Taman mini Indonesia Indah tapi belum berkesempatan untuk mendatangi museum yang satu ini, pastinya akan menjadi satu destinasi yang wajib didatangi terutama kalau kita bersama anak-anak yang bisa belajar banyak di sana
BalasHapusPadahal biasanya Museum itu dinilai sebagai tempat wisata edukasi yang membosankan. Tapi kalau udah nemu museum yang keren banget dan punya story yang beda, memang bakal betah utk belajar di dalamnya.
BalasHapusJadi inget dulu ajak siswa study tour di TMII nginep sekalian disana, betah banget kami 2 malam eksplore wisata edukasi disana
BalasHapuskeliling empat jam masih belum cukup? wah berarti kalau kesini harus meluangkan waktu lebih banyak lagi ya. harus datang pagi kalau perlu
BalasHapusSaya tuh orang yang sudah berkali-kali ke TMII tapi belum sempat juga main ke Museum IPTEK ini. Padahal setiap kali kesana diniatin pengen main ke museum ini. Entah kenapa begitu sampai di sana auto bubar semua rencana dan niatnya. hehehe..
BalasHapusTernyata dalamnya bagus banget ya. Bisa banyak belajar di sana. Kayaknya lain waktu ke TMII harus langsung masuk ke museum IPTEK ini biar gak tergoda berkeliaran di TMII mulu. wkwkwk.
Aku penasaran kepengen main ke TMII versi terbaru nih. Masuknya 25K ya kalau ga salah? Masuk ke Museum Iptek berapa? Kalau ada waktu enaknya sih dimampirin ya semua anjungan maupun museumnya hehehe. Belajar sejarah buat aku sekeluarga itu menyenangkan. Wisata edukasi kayak di TMII ini mesti sering disosialisasikan lebih gencar. Mau ah, ke TMII, serius :D TFS kak Acha cantik :)
BalasHapus