pada tanggal
Travel
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apa yang saya ketahui tentang Uzbekistan? Nggak banyak. Bahkan saya baru menyadari kalau negara yang dulunya dikuasai oleh Uni Soviet ini, merupakan tanah peradaban muslim yang berjaya di masa kejayaan Islam, juga menjadi tempat persinggahan para pedagang dalam kisah jalur sutera.
Membaca buku Discovering Uzbekistan karya Rahma Ahmad
mengenalkan saya, sedikit demi sedikit, tentang bangsa yang para perempuannya
dikenal memiliki paras rupawan ini. Bahkan, sebuah kisah tentang Amir Temur
alias Timur Lenk, baru saya sesap lebih lama. Dulu, saya hanya tahu dari acara
traveler muslim yang tayang di salah satu stasiun televisi, saat Ramadhan datang.
Satu hal yang paling membekas dalam ingatan saya setamat
membaca adalah kisah dari salah seorang cucu Amir Temur, Ulugh Beg namanya.
Sosoknyalah yang rupanya pertama kali menghitung waktu revolusi Bumi. Teori
yang ia paparkan pada lima puluh tahun sebelum kelahiran Copernicus. Tokoh yang
banyak dimunculkan pada eksiklopedia.
Judul : Discovering Uzbekistan (Perjalanan Seorang Diri
Menyusuri Negeri 1001 Malam)
Penulis : Rahma Ahmad
Penerbit : Laksana (lini dari Penerbit Diva Press)
Cetakan : 2021
Tebal : 136 halaman
ISBN : 978-623-327-196-7
Uzbekistan, negeri yang namanya menari-nari di sudut benak
saya. Negeri yang ingin saya datangi dari dulu. Negeri yang disebut-sebut
sangat indah oleh Ibnu Batutah dalam Rihlah, buku memoarnya yang terkenal.
Enam ratus delapan puluh sembilan tahun setelah kedatangan
Ibnu Batutah ke Uzbekistan, semesta mendukung saya untuk menyaksikan sendiri
betapa indahnya negara ini. Meskipun sudah tak lagi seperti yang digambarkan
Ibnu Batutah, tetapi aura negeri seribu satu malam yang jadi persinggahan para
kafilah Jalur Sutra masih sangat terasa.
***
Sebagai solo female traveler, banyak pengalaman menakjubkan
yang diceritakan penulis tentang petualangannya menjelajahi empat kota terkenal
di Uzbekistan, yakni Tshkent, Samarkand, Bukhara, dan Khiva. Disisipkan pula
beberapa kisah masa lampau yang dipercaya pernah terjadi di negeri seribu satu
malam ini.
Selamat membaca!
Sebelum membaca buku yang menampilkan rupa Registan Square
pada bagian sampulnya ini, saya merasa perlu mengisi amunisi imajinasi saya
tentang Uzbekistan melalui tontonan di beberapa channel Youtube. Sehingga
sepanjang membaca, bayangan saya akan Uzbekistan, nggak “kering kerontang”.
Tahulah, negeri seribu satu malam tempat besarnya Imam
Bukhari sang perawi hadist ini, masih jarang dibicarakan oleh orang-orang dalam
lingkaran pertemanan saya. Bahkan, saya belum menemukan nama Uzbekistan dalam bucketlist perjalanan mereka,
dibandingkan Turki, misalnya. Asing.
Selepas menyambangi berbagai tontonan yang menampilkan rupa
Uzbekistan, perlahan, saya mendapati beberapa isu, semisal alasan tentang
pudarnya jiwa muslim dalam keseharian masyarakatnya yang padahal beragama
muslim. Sampai hal nyeleneh, tentang perempuan Uzbek yang mengidam-idamkan
untuk menikahi lelaki Indonesia, sebab terbiasa ke masjid. Haha ….
Nah lho. Belum terjun membaca Discovering Uzbekistan saja,
sudah banyak sekali pertanyaan yang menumpuk dalam benak. Namun selanjutnya,
saya mendiamkan buku ini beberapa waktu, sehingga saya bisa membacanya dengan
santai, tanpa berniat keras untuk menemukan berbagai jawaban di dalamnya.
Bukankah sebuah buku kisah perjalanan, untuk dinikmati kisahnya? Ia bukanlah
sebuah ensiklopedia atau catatan sejarah.
Sejak menyambangi bagian prolog, Mba Rahma Ahmad mengenalkan
saya pada kisah peradaban di masa-masa kafilah Jalur Sutra. Ia menggambarkan,
betapa indahnya Uzbekistan, negeri yang membuat Ibnu Batutah jatuh cinta.
Tempat dimana berbagai bangunan tua, memunculkan kemegahan arsitektur pada
masanya. Lock, seketika saya terbawa
akan untaian kata yang Mba Rahma Ahmad rangkai di setiap babnya.
Saya seolah terbang dengan karpet Aladin, mengambangi tanah
kecoklatan khas negara yang berada di dekat gurun. Serupa lukisan indah
terhampar di bawah. Bermunculan bangunan madrasah di tiap kotanya. Bangunan
yang seringnya bersanding dengan masjid nan megah.
Tak jauh dari sana, berkerumun masyarakat yang asik
berniaga. Ya, seringnya ada pasar tak jauh dari masjid dan madrasah tadi. Warna-warni
pakaian masyarakatnya saling berbaur, mereka bertukar cerita dengan bahasa yang
nggak bisa saya terka maknanya, tapi saya tahu, jika mereka sedang menghadirkan
budaya ramah tamah.
Pakaian mereka nan penuh warna, berpadu serupa lukisan. Aih,
saya terbayang, apa masyarakat Uzbekistan, selain menghadirkan karya musik dan
sastra, juga terbiasa membuat finger
painting, berbagai ukiran serta tenunan sedari jaman baheula? Sejarah peradaban yang panjang.
Rupanya perjalanan imajiner saya melalui Discovering
Uzbekistan, memunculkan jawaban dari pertanyaan receh bin remeh, mengapa warga
Uzbek, banyak yang memeluk Islam, namun nggak sepenuhnya fasih akan keseharian
masyarakat muslim? Shalat di masjid yang dibanjiri kaum Adam saja misalnya.
Mengapa banyak channel Youtube yang saya sambangi, membahas poin ini?
Kenyataannya, Islam pernah sangat mahsyur di sana, hingga
kemudian, Uni Soviet datang, mengambil kebebasan masyarakat Uzbekistan untuk belajar
agama dan beribadah selama berpuluh tahun lamanya. Hasilnya, mereka kini
terseok-seok dalam menjalankan kehidupan yang benar-benar berada dalam koridor
sebagai masyarakat muslim.
Ada beberapa bagian dari buku Discovering Uzbekistan yang
membuat saya tercengang. Ternganga akan kenyataan yang disajikan. Berbagai
bangunan masjid lebih banyak menjadi “sekadar cerita”, kisah tokoh muslim pun hanya dikenal dan dibanggakan saja. Apakah sudah berhasil ditiru kiprahnya?
Entah.
Bahkan, salah satu salinan pertama Al-Quran, ada di Hast
Imam Library, Taskent. Ayat-ayat Allah SWT yang ditulis pada lembaran kulit
rusa -- satu dari enam salinan yang dibuat pertama kalinya, dan memiliki noda darah dari Utsman Bin Affan,
salah satu sahabat dekat Rasulullah SAW -- bersemayam di sana.
Lalu, apa para pejalan muslim yang menyambangi tanah ini,
sering mendengarkan ayat Allah setiap harinya di masjid megah Uzbekistan?
Entah.
Uzbekistan yang disajikan dalam buku Disovering Uzbekistan
pun mengisahkan banyak kisah yang menuding saya secara tersirat, sebagai anak muslim
yang kurang belajar, malas iqra dalam
mencari tahu tentang sejarah perkembangan peradaban muslim dunia.
Mari sebut saja astronom muslim, Ulugh Beg, sang cucu dari
penguasa Asia Tengah nan perkasa, Amir Temur. Ulugh Beg dikisahkan memiliki
akhir hayat yang tragis, dibunuh sendiri oleh generasi penerusnya, sebab
dianggap nggak cakap dalam memerintah. Segalanya bermula dari kecintaan Ulugh
Beg akan ilmu bintang dan benda angkasa.
Apa saya pernah mengenal nama beliau? Ow, kalau nggak
menyediakan waktu untuk duduk dan membaca buku kedua dari bloger travel Rahma
Ahmad, mana saya kenal dan berniat mencari tahu lebih jauh, coba?
Padahal Ulugh Beg sampai membangun sebuah observatorium,
tempat ia lebih banyak menghabiskan usianya, demi mempelajari Bumi dan
benda-benda langit ciptaan Allah SWT.
Saya menarik napas, saat mengetahui bahwa Ulugh Beg sudah
lebih dulu menghitung waktu revoulusi Bumi. Hitungan yang hanya sedikit
melenceng dari apa yang kemudian ditetapkan oleh Copernicus, dan dipakai hingga
saat ini.
Para ilmuwan berdarah Persia yang muncul di Uzbekistan,
nggak hanya Ulugh Beg seorang. Ada pula Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizm yang dikenal
sebagai sang matematikawan, penemu angka nol, aljabar, dan teori algoritma. Belum
lagi Ibnu Sina alias Avicena, rupanya disebutkan bahwa ia besar di tanah
Uzbekistan.
Uzbekistan juga menjadi tempat kelahiran sang perawi hadist
Imam Bukhari, sosok yang banyak disebut namanya setiap kali saya berada dalam
suatu pengajian, atau menonton kultum Ramadhan, misalnya. Kemana saja saya
selama ini? Rupanya Imam Bukhari disebut demikian, sebab beliau lahir di
Bukhara, salah satu kota yang Mba Rahma Ahmad sambangi di sana.
Ah ya, ada secuplik kisah unik yang lekat dengan Indonesia
dan Bung Karno
lho di Uzbekistan. Kisahnya bisa kamu cari tahu dengan membaca buku yang bisa
dipesan melalui official store
Penerbit Diva Press ini.
Sepanjang menikmati perjalanan Mba Rahma Ahmad dalam
Discovering Uzbekistan, saya menemukan kisah perjalanan yang sangat personal.
Seolah saya dibawa menikmati rangkaian perjalanan yang beliau susuri. Ya, wajar
saja, gaya bertuturnya nggak jauh berbeda dengan yang Mba Rahma sajikan di
Jilbab Backpacker, blog pribadi miliknya. Ringan. Serasa dekat.
Sayangnya, berbeda dengan buku perjalanan Life Traveler yang memang disertai
dengan banyak tips perjalanan pada setiap bab yang mengisahkan tiap kota yang
disambangi penulisnya, buku ini menyajikannya secara panjang. Ada sih bab
khusus yang menyajikan tips berkunjung ke Uzbekistan di bagian penutup, namun
rasanya nggak merangkum semua hal mendetail di setiap kota yang Mba Rahma Ahmad
kunjungi.
Sehingga, jika kamu ingin mendapatkan semua poin pentingnya,
bacalah buku Discovering Uzbekistan secara perlahan. Kalau bacanya
melompat-lompat, ya nggak ada “jiwa” yang kamu dapat.
Saya paling suka dengan foto-foto yang dicetak berwarna
dalam buku yang dibidani oleh Damaya ini. Walau ukuran fotonya mungil,
menyesuaikan dengan ukuran kertasnya. Sayang, pada bagian tulisan yang
menjelaskan keterangan foto, membuat mata saya perlu memicing, mungkin karena
warna tulisannya yang cenderung cerah, bukan hitam.
Discovering Uzbekistan sudah mengajak saya berpetualang pada
negeri nun jauh di Asia Tengah. Mengenalkan sedikit kehidupan masyarakatnya
yang sering makan Plov bersama. Tempat dimana buah Ceri dibeli menggunakan
ember, dan secuplik kisah tentang sumur Nabi Ayub.
Terima kasih untuk pesan manis yang Mba Rahma Ahmad tuliskan
khusus untuk Acha. Perjalanan menyusuri 136 halaman membuat saya setuju, bahwa
membaca kisah perjalanan, sering mengajak pembacanya menjelajah, dan menggoda
untuk turut mengangkat ransel demi memulai langkah pertama dari suatu
penjelajahan.
Aku kepo dengan buku Discovering Uzbekistan dari baca review Kak Acha ini..apalagi aku dah sering baca dan ngikuti blog dan IG Mba Rahma Ahmad. Pernah juga semeja saat event blogger. Gila dah berapa negara saja perginya, solo traveling pula, salut akutuuu...Pas benar memang kalau ditulis di buku. Oia, aku suka sama gaya Kak Acha mereview buku. Detil dan berimbang:) Keren!
BalasHapusTerima kasih banyak Mba Dian.
HapusAku malah sepenasaran itu, bagaimana ya rasanya kalau semeja sama Mba Rahma Ahmad, atau misal hadir di forum cerita perjalanan gitu. Huwaa ... kalau ditambah sama ceritanya Mba Dian, bakalan banyak banget kisah pengalaman yang kudapat ya.
Membaca buku traveling dengan serangkaian sejarah di dalamnya itu, buat saya, menarik banget. Banyak hal yang bisa kita dapatkan. Bukan hanya ribuan kenangannya saja tapi juga rasa dan kekaguman kita akan jejak Islam ikut merasuk di hati. Dan yang lebih salut lagi perjalanan ini dilakukan sendirian. Luar biasa.
BalasHapusKeren ya Mba, Mba Rahma Ahmad ini.
HapusApalah aku yang kalau jalan-jalan maunya selalu ada temannya.
Mpo jadi penasaran sama negara Uzbekistan. Tahunnya cuma mantan istri fauzi badilah aja yang seorang model asalnya dari negara itu. Opst
BalasHapusAhahaha iya ya Mpo, aku malah kalau nggak nulis review buku Discovering Uzbekistan ini dan share ke akun @bacha.santai, nggak akan tahu kalau ada seleb Indonesia yang menikah sama perempuan Uzbek dong.
Hapuskalau ada warna sejarah tapi dikemas dengan apik gini enak ya Cha bacanya, kita jadi berasa ikut menelusuri tempat-tempat yang diceritakan penulis juga ya, berasa traveling bersamanya, apalagi sebelumnya sudah melihat-lihat video tentang daerah tersebut sebelumnya, jadi berasa ada gambaran juga ya :)
BalasHapusgak cuma tahu tempat-tempat yang ada di Uzbekistan, kita juga jadi ingin belajar lebih banyak lagi dong tentang sejarah Islam.
Banget Kak Diah. Makanya, untuk melengkapi pengalaman membaca, aku main-main dulu ke channel Youtube kisah perjalanan begitu. Buku memang seringnya membuka banyak pengetahuan baru ya Kak. Bahkan, kadang, ada saja tulisan yang membuat kita merasa haus untuk mencari tahu lebih jauh.
HapusWah saya sama sekali nggak pernah punya gambaran atau bayangin Uzbekistan. Tetapi membaca review dari blog ini membuat saya menjadi pengin terbang juga ke sana.
BalasHapusSemoga kelak, keinginan Mba untuk menyambangi Uzbekistan tercapai ya. Aamiin.
HapusCha, menarik banget ya .. ternyata banyak fakta yang baru ditahu melalui buku ini. Ternyata Uzbekistan akrab banget dengan Islam masa lampau, seperti kisah Imam Bukhari.
BalasHapusIya Bunda Niar. Baru eungeuh kalau Imam Bukhari itu namanya diambil dari nama kota kelahirannya, Bukhara. Nah, kalau nama asli alias nama lahir beliau nih yang Acha masih belum banyak tahu.
HapusAku baca review buku ini perlahan-lahan loh mba. Biar paham setiap detail yang ada dalam buku Discovering Uzbekistan ini. Emang banyak negara di Asia Tengah atau Eropa Timur yang menyimpàn sejarah indah ya mba. Kalau aku berasanya negara-negara itu kok eksotis gitu heheheh. Jadi kepo sama bukunya euy.
BalasHapusHuum ya Mba. Negara-negara di sana saking unik dan eksotisnya, ketika baru kenalan sama negara tadi lewat buku maupun tontonan, jadi wah banget gitu.
HapusTernyata kota yang satu ini menyimpan banyak sejarah untuk dikulik lebih jauh, jadi penasaran sama bukunya
BalasHapusNegara Mba. And yes, beneran banyak banget ternyata bagian dunia yang menyimpan cerita dan belum tentu diketahui banyak orang lainnya.
HapusKalau dilihat dari foto foto yang ada di dalamnya, jadi berasa ikut dalam perjalanannya mba Rahma ya mba, gimana mba Rahma yang langsung kesana, takjub banget pastinya dengan arsitektur kota dan budaya nya keren ih..
BalasHapusHuum. Suka banget sama foto bangunan yang Mba Rahma potret. Walau pun sih, keterangan foto yang ada di dalam buku, karena mungkin dicetak dengan warna cerah jadi sulit dinikmati secara utuh.
HapusWah waktu itu mau beli bukunya karena penasaran ama keindahan Uzbekistan. Suka juga nih karena foto yang tercetak adalah foto berwarna ya mba. Jadi pilihan buat dibaca :)
BalasHapusAyo Mba dikoleksi, mana tahu kelak malah jadi bahan untuk mencari lebih banyak pengalaman dengan perjalanan secara langsung.
HapusSenang deh baca tulisan ini, apalagi terkandung nilai² sejarah peradaban Islam dengan pemikir² dan ahli dalam disiplin ilmunya terutama Bukhari yang namanya diambil dari nama desa kelahirannya yaitu Bukhara.
BalasHapusTerima kasih banyak sudah berkunjung ke mari ya Mba.
HapusKak Achaa.. reviewnya bikin aku hayut dalam perjalanan ke uzbekistan, gimana baca bukunya langsung coba ?? Ahh..jadi makin penasaran akuu..makasih ya reviewnya
BalasHapusHihihi, apakah habis ini, Mba Siwi bakalan jajan bukunya?
HapusHangatnya buku ulasan kak Cha, Discovering Uzbekistan.
BalasHapusTerasa banyak hal yang belu kita ketahui mengenai sejarah Islam dan bagaimana kondisinya kini.
Apalagi para ilmuwan Islam yang menemukan banyak hal. Bangga banget seagai generasi muslim, harus menjaganya dengan memiliki bidang keilmuan yang sungguh-sungguh.
Iya ya lho Teh Lendy. Rupanya ada banyak sisi yang membuat hati menghangat setelah menamatkan buku ini, disamping ada luka yang tersisa karena sadar diri, ternyata selama ini, Acha pun belum belajar banyak tentang sejarah dan agama sendiri.
HapusSejak dulu pengen banget ke Uzbekistan karena budayanya pasti unik masih ada sisa peninggalan budaya soviet bercampur Islam dan sedikit budaya Arab, dari buku ini mungkin bisa mengenal Uzbekistan secara singkat dulu kali ya
BalasHapusIya Mba. Buku Discovering Uzbekstan ini beneran mengenalkan Uzbekistan sih, selain selama ini tahunya dari beberapa channel jalan-jalan saja.
HapusKalau baca buku seperti ini pasti sambil membayangkan ya kehidupan di sana bagaimana :D
BalasHapusapalagi kalau negaranya cantik dan erat kaitannya sama jejak peradaban Islam
Semoga kapan2 ada rezeki bisa beli bukunya juga
Makasih reviewnya mbak :D
Aamiin. Semoga kapan kapan Mba April juga bisa ikutan baca bukunya. Terima kasih banyak juga sudah berkunjung ke mari ya Mba.
Hapuswab vuku yang sangat menarik ini ya mbak
BalasHapusselain bisa menjelajah Uzbekistan juga bisa belajar tentang sejarah islam juga ya mbak
Iya Mba. Senang sekali aku bisa melahap habis bukunya dan dapat banyak pengetahuan baru seusai membaca.
HapusWah, asyik nih mba bukunya bisa tahubsejarah islam di Uzbekistan. Negara ini kebalikan Indonesia ya, Mba. Di mana Indonesia agama lain dulu yang masuk baru islam. Sedangkan Uzbekistan yang dulunya negara islam, harus direnggut kebebasan mereka. Setuju banget kalau buku perjalanan itu membuat kita ingin datang langsung.
BalasHapusHuum, nampaknya sih demikian. Mungkin karena dulu memang dikuasai sama Persia dan secara geografis memang nggak jauh dari negara-negara Arab dimana Islam awal kali berkembang.
HapusIni udah lama masuuk dalam bucketlistku mbaaa. Aku nyeseeel banget akhir 2019 aku ga bisa ikutan temenku yg menjelajah bbrpa negara STAN, termasuk Uzbekistan. Baguuus banget kalo dr cerita dia. Dan dia msh pengen jelajah kesana lagi nanti, kalo udh selesai pandemi. Aku pengen ikutan rasanya.
BalasHapusTapi memang masyarakat di sana walo muslim, tapi ga terlalu taat. Puasa juga jarang. Temenku pas di sana, ya mereka tetep minum alkohol, ga solat . Walo agamanya muslim.
Aku sendiri tau Uzbekistan Krn dulu pernah diundang Ama kedutaan Uzbek, Krn kebetulan papa mertuaku diplomat, jadi pas ada acara kedutaan, pasti papa diundang. Aku ikutan nemenin. Di sana diksh tunjuk tempat2 wisata mereka, kuliner dll. Dari situ aku pengeeen banget ke Uzbek, harus bisa ;). Abis pandemi insyaallah
Huwaaaa Mba Fanny, Semoga lekas bisa ke sana dan aku bisa baca cerita jalan-jalan versi Mba ke Uzbekistan. Aamiin. Huwaaa aku pengen aamiin-in kenceng-kenceng jadinya.
HapusKeren baanget buku Discovering Uzbeksitan yaa, indah sekali, dan jadi tahu juga tentang kisah Islam di sana yaa... btw jadi inget seleb yang married sm perempuan Uzbekistan, seperti Fauzi Baadila dan Teuku Zacky yaa
BalasHapusAku kalau nggak bikin review bukunya malah nggak eungeuh soal seleb Indonesia yang menikah sama perempuan Uzbek dong, Kak. Hihihi.
HapusFIXED! abis pandemi kayaknya masuk bucketlist niiih uzbek hehe.. negeri2 stan2 kayaknya menariiiqueee
BalasHapusCusss Mas. Mana tahu dengan baca bukunya dulu jadi dapat tambahan referensi buat persiapan ke negeri Asia Tengah.
HapusAku udah lama banget nggak baca buku traveling kayak gini. Selagi mengobati kerinduan belum bisa traveling jauh-jauh lagi, mungkin bisa baca buku ini dulu, ya. Sembari ngayal kapan yaaa bisa ke Uzbekistan langsung. Hihihi.
BalasHapusEh iya, btw Kak Rahma Ahmad ini travel blogger juga bukan, sih?
Betul sekali.
HapusKak Rahma Ahmad suka bagiin banyak cerita jalan-jalan juga di blognya Kak.
Aku masih memasukan Turki ke dalam bucketlist. Karena mungkin, aku ngga tau banyak wisata apa yang menarik di uzbek. Tapi setelah baca ini, jadi penasaran dan mau masukin Uzbek juga ke dalam tujuan traveling nanti.
BalasHapusYeay. Semoga impian untuk mengunjungi Turki dan menclok sedikit ke Uzbekistan terlaksana ya Kak.
HapusAku Juga pernah baca ceritanya kak klo Islam pernah berjaya Dan hampir seluruh penduduk mayoritas Muslim, , sebelum di jajah, Uni Soviet datang, mengambil kebebasan masyarakat Uzbekistan untuk belajar agama dan beribadah selama berpuluh tahun lamanya. Seneng baca bukunya. Jadi kpingin k ubezkistan
BalasHapusSemoga impian Mba ke Uzbekstan terlaksana ya.
HapusIya, bahkan sampai sekarang pun sebenarnya Muslim masih menjadi mayoritas, walaupun untuk kegatan agama nggak seperti di Indonesia.
aku paling seneng kalau baca buku tuh kita bisa berimajinasi apalagi baca buku discovering uzbekistan ini bisa sambil cek juga di google earth yah mba makin berasa deh jalan-jalan virtualnya, terima kasih buat rekomendasinya mba
BalasHapusWahahaha Mba Maya benar banget. Pas bacanya sekalian kepoin penampakannya di google earth serasa ikut jalan-jalan juga ya.
HapusMenyenangkan sekali tentunya ya, belajar sejarah negara lain melalui tulisan yg ringan kayak gini. Biasanya kalo belajar dari buku sejarah, terasa membosankan
BalasHapusHuum Mas, makanya aku sering memilih belajar lewat buku perjalanan. Soalnya kadang bukan hanya sejarah saja yang didapat, tapi ada pengalaman unik penulisnya, dan kisah-kisah lainnya.
HapusSejarah peradaban Islam menarik banget untuk dikulik, ya. Membayangkan banyak ilmuwan besar pada masanya. Menarik juga ini bukunya. Pengen mengenal Uzbekistan lebih dekat
BalasHapusSilakan Teh. Mana tahu setelah baca bukunya jadi tergoda untuk jalan-jalan ke sana juga.
Hapuskalau denger uzbekistan tuh pikiranku langsung kebayang cowo ganteng nya mba, wkwkwkwk. Ternyata segitunya yaa represivitas umat muslim di Uzbek pas diakuisisi sama Uni Soviet heuuu. Nah itu ya mba ternyata kan banyak banget akademisi muslim sebetulnya mungkin yg terkenal salah satunya Ibnu Sina ya, dan ini ternyata ada Ulugh Beg yg udh lebih dulu menghitung rotasi bumi!
BalasHapusIya lho. Saya jadi makin tersadar kalau sebenarnya banyak sekali ilmuwan muslim yang punya kiprah luar biasa, tapi memang terkubur oleh sejarah jaya ilmuwan selanjutnya yang bukan muslim.
HapusSetelah nonton Layla dan Majnun jadi pengin ke negara ini. Landscape-nya indah dan unik, dan wisata budayanya juga banyak. Salam hangat
BalasHapus@dewi_puspa
Wah, saya malah belum pernah menikmati film layla dan Majnun nih Mba. Hihihi. Boleh deh masuk list tontonan. Terima kasih banyak ya Mba.
HapusSudah agak lama nggak membaca buku dengan genre ini, nih. Sebagai yang kurang bisa menikmati jalan-jalan, aku biasanya suka menyimak cara para penulis menceritakan kembali perjalanannya. Serasa "ikut ke sana" versi sederhananya. Noted soal harus baca pelan-pelan ini, Mbak. Sejak lihat bukunya di IG Mbak Rahma sudah sempat tertarik, tapi eh habis itu lupa. Sekarang jadi teringat lagi, semoga masih tersedia ya di toko buku untuk dibeli. Atau di marketplace mungkin ada, ya.
BalasHapusNah, berrarti sudah dipanggil-panggil nih sama bukunya biar ikut dijadikan koleksi di rak buku.
HapusMasyaAllah informasi nya walaupun semakin penasaran aku jadi tau banyak tokoh muslim besar di negara ini Subhanallah 😍
BalasHapusHuum Mba. Saya pun jadi menemukan banyak sekali nama tokoh muslim lewat buku Discovering Uzbekistan karya Mba Rahma Ahmad ini.
Hapus