Komik Purely Roommates Season 1 : Bacaan Ringan Serasa Nonton Drama Romance Korea

Setelah Sekotak Bungeoppang, Lalu Apa?

What I have after take a rest in a month?

Demi apa Ka Acha sampai sebulan lebih dong nggak update apa-apa. Hountou ni gomen nee, minna-san.

Sebulan lebih di Taman Rahasia Cha sepi banget dan berantakan, berdebu pula. Bukan karena malas atau memang mau pakai alasan nggak sempat nulis karena ina inu ina inu. No … that’s not a good reason sih sebenarnya.

Alasan di balik semuanya terjadi karena saya sendiri yang memilih rehat dari berbagai sesi curhat, dan berbelok ke jalan kepenulisan yang sudah lama sekali nggak tersentuh. Jalan yang dulu di masa sekolah dan kuliah, pernah menjadi impian saya. Setapak yang dulu memunculkan seorang anak perempuan bernama Acha, dan kemudian mengenalkan sendiri dirinya dengan nama pena Akarui Cha.

sekotak-bungeoppang-akarui-cha

Ya … gara-gara di bulan November 2021 kemarin, salah satu cerpen Ka Acha yang berjudul Sekotak Bungeppang terpilih dalam sayembara kepenulisan fiksi bertema Korea di salah satu platform menulis. Nggak menang sih, hanya masuk sebagai 30 naskah yang dapat perhatian dari kakak editornya, sebelum naik ke tahap vote dari pembaca.

Hasil akhirnya? Oh sudah tentu jumlah pembaca karya saya nggak sebanyak teman-teman seangkatan saya lainnya. I mean, seangkatan mulai nulisnya ya.

Tapi, menemukan bahwa ternyata apa yang saya tulis bukan berbau curhat sepenuhnya seperti di blog kesayangan saya ini, bisa diterima, disukai, di momen yang sama … saya seperti habis disadarkan dari tidur yang panjang. Kena tonjok gitu ceritanya.

Entah ketiban apa, tiba-tiba bangun dalam keadaan kaget dan limbung. Mungkin ini ya yang disebut sebagai impian itu nggak akan pernah mati, tapi cuma pingsan atau tidur panjang, seperti katanya seorang komika Indonesia. 

Mendadak saya lupa waktu. Padahal saya pernah merasa mulai menua dan sudah pernah menulis juga tentang perasaan yang saya rasakan. Ya … saya pernah bercerita tentang kontemplasi jelang menua dong tahun lalu.

Sekarang apa yang bercokol terus di kepala Ka Acha?

Saya jadi menjalani hari dengan bagian luar yang memang sudah bukan lagi anak di tahap remaja akhir seperti hampir sepuluh tahun lalu, tapi jiwa saya terbawa kembali. Bagaimana lah ya. Setiap pagi saya menemukan diri saya bangun dengan ambisi nan jedag-jedug, imajinasi yang nggak mau dihentikan.

Saya benar-benar serupa Acha yang dulu sekali tergila-gila ikut lomba semisal Pertukaran Pemuda Antar Negara atau lomba antar kampus  lainnya, dan punya impian bisa lekas melanjutkan jenjang perkuliahan. Ups, sampai sekarang masih diam di tempat sih kalau impian buat lanjut sekolah lagi.

Payahnya, hampir sepuluh tahun lalu, saya nggak berani melangkah ke sana. Hidup sebagai anak besar perlu lekas saya jalani. Mandiri secara finansial dan berhenti menadahkan tangan pada kedua orang tua dengan alasan gengsi, membuat saya berbelok dan memilih jadi anak kantoran yang hidupnya semua diperjuangkan sendiri. Bangganya ampun-ampunan waktu itu.

Saya menutup mulut beberapa kerabat yang sering berujar, “Aduh, kok anak Pak Doktor belum kerja?” Walau kenyataannya saya memang pernah punya penghasilan sampingan dari mengajar english conversation untuk adik-adik sekolah menengah pertama, tapi ya cukupnya buat jajan doang. Sampai saya meyakini, apa yang saya lalui nggak bisa menaikkan derajat saya di mata keluarga orangtua, selain jadi anak kantoran. Kasihan saja sama Mama dan Papa.

Sudahlah. Saya pindah haluan untuk cari penghidupan dengan cara yang lainnya. Daripada kalau saya lanjut kuliah lagi, ujung-ujungnya makin kena omongan kerabat yang suka bilang, “Oh, nanti mau ngajar di tempat papanya ngajar ya? Lumayan tuh koneksinya di kampus Papa kamu.” Hahaha … shut them mouth, please.

Lalu, tahun berganti, kehidupan berjalan terus. Saya mencicipi rasanya berkarir di bidang yang saya sukai, dan bersinggungan juga dengan jurusan perkuliahan yang saya ambil. Jadi junior Copywriter in House ternyata enak juga. Sampai pada suatu masa, saya menemukan diri saya terjebak rindu lagi pada diri saya yang dulu. Ow Lord, what happen in me?

Waduw … akut sih, sampai beneran curhat di blog pun libur selama satu bulan lebih. Ngelirik blog saja  sekadarnya. My fault. Again. Hountou ni gomen nasai, watashi.

Dan … ini nih salah satu cerpen dari Ka Acha yang saya sebutkan di atas, Sekotak Bungeoppang. Silakan dicolek saja link-nya karena sudah saya hubungkan ke naskah yang ada di platform guritanya ya.

Perjalanan panjang dalam menyiapkan outline untuk cerpen saya itu, membawa saya mengulik kembali beberapa data yang pernah saya temukan. Memperbaharuinya, dan mulai menyiapkan fisik untuk memulai mengejar impian saya lagi. Nggak akan ada kata terlambat kan ya kalau mau kembali terjun ke dunia fiksi?

Selanjutnya, saya pun berusaha untuk membalas penyesalan saya yang nggak pandai menyiapkan amunisi untuk blog saya ini sebelum migrasi ke dunia fiksi. Duh Acha … ayo, jangan lagi. Capek sendiri kan jadi kejar-kejaran sana sini.

Semoga kamu yang juga membaca curhatan au ah Ka Acha kali ini, berhenti juga menahan diri. Kadang, setelah semuanya seolah dibangunkan kembali, impian-impian itu bisa membuat pusing, mual, sampai agak disorientasi arah sih. Mendekatlah terus pada apa yang kamu mimpikan. Keep your spirit on.

 

 

Komentar

  1. Wah keren dong bisa terpilih, temanya juga unik jarang-jarang ada yang mengangkat tema Korea dalam event.

    BalasHapus
  2. Impian memang tak pernah mati. Satu saat ia akan bangun, lantas mengulik ruang kesadaran ...

    Saat itulah yang sebenarnya menentukan. Kita mau menjadikan diri kita ini sebagai pejuang mimpi atau ... just silence and enjoy the life now? It is your choice.

    BalasHapus
  3. Baca cerpennya, aku jadi kangen beli kue ikan (aku nyebutnya kue ikan 😄) pas winter di jalanan Seoul 😊. Bener sih, itu angetin badan bangeeet. Ga heran kalo kue ini banyak peminatnya dan sering muncul di drama2 Korea terkadang ❤️.

    Buatku mimpi itu yg bikin aku selaku semangat mba. Zaman kecil, aku sering envy Ama temen2 sekolah yg sering diajak liburan ke LN Ama ortunya. Sementara papaku, bukannya ga bisa, tapi memang ga suka jalan2 terlalu jauh. Jadi bisa traveling jauh melihat belahan dunia lain, itu kayak mimpi aja buatku. Tapi toh siapa sangka aku dikasih suami yang ternyata pecinta traveling, dan skr kami malah rutin traveling kemanapun, kecuali saat pandemi ini aja, off dulu Ampe aman 🤣.

    Jadi aku percaya, sebuah mimpi, kalo selalu kita doakan, diperjuangkan juga, pada akhirnya bisa jadi kenyataan .

    BalasHapus
    Balasan
    1. I wish Mba Fanny I wish one day i'll be something dreaming of today.

      Terima kasih banyak sudah mampir buat baca cerpenku juga ya Mba.

      Hapus
  4. Wahh selamat yaa, Acha. Walau hanya sampe 30 besar tapi itu adalah prestasi luar biasa.

    Adakalanya kita memang butuh rehat untuk mengumpulkan energi yang kemudian dapat digunakan untuk menggapai mimpi-mimpi kita

    BalasHapus
  5. Keren banget udah jadi cerpen pilihan. Menarik juga ya ide ceritanya Kak. Aku tuh paling susah nulis cerpen hehe

    BalasHapus
  6. Semoga selalu menginspirasi ceritanya ya Kak
    Saya selalu salut sama yang berupaya menulis cerita dengan outline menarik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Kak Amma.

      Doa yang sama buat Kak Amma. Sukses selalu Kak.

      Hapus
  7. keren, mbak. aku juga kemarin sempat mulai lagi nulis fiksi, mbak tapi eh mentok lagi nih karena setelah 3 bab nggak ada yang baca tulisanku. huhuhu. rasanya pengen diupload di blog aja jadinya cerbungku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak mudah sih Mba sebenarnya untuk bisa dilirik pembaca itu. Aku pun merasakan banget, betapa masuk pilihan editor pun tapi nggak sepenuhnya bisa menarik perhatian dari pembaca.

      Hapus

  8. Meskipun ina inu nya banyak banget sampai gak sempet tengokin blog, semoga pas udah ada kesempatan nulis, idenya bisa sat set sat set ya kak. Good luck

    BalasHapus
  9. Nggak menang tapi terpilih 30 besar itu prestasi banget 🥳 chukkae! Semoga bisa melahirkan karya-karya fiksi lainnya ya Mbaa.. Pasti namanya manusia ada keinginan tapi ada masa pasang surutnya. Kalo lagi mager ya terpendam aja tuh keinginan, tapi kalo ada momen yang tepat biasanya muncul dan semangat lagi buat mencapai impian-impian yang sebelumnya tenggelem itu..

    BalasHapus
  10. Setidaknya masuk 30 besar pilihan editor sudah prestasi dari sisi kualitas. Walaupun setelahnya diserahkan kepada pembaca, setidaknya pembaca sudah disediakan tulisan2 berkualitas menurut penyelenggara. Insya allah, menang atau tidaknya hanya soal waktu. Keep spirit! Dan semoga ada kesempatan berikutnya.

    BalasHapus
  11. Hiatus sebulan dari dunia blog tapi malah menghasilkan karya yg mewujudkan impian masa kecil, kereeen lho kak Acha.


    Semoga abis ini mh seminggu ada lah satu postingan. Da aku pun masih suka kewalahan buat rutin posting mh. Tapi tetap semangat kak Acha. Terus berkarya apaun hasil karyanya ya

    BalasHapus
  12. Setuju banget seperti yang kak Tanti sampaikan.
    Kita hidup dimana kita menyukainya. Eh, begitu ya.. kira-kira.
    Jadi kalau sedng produkuktif di dunia nyata, gak apa-apa.. jangan merasa bersalah karena gak nulis blog.

    Semoga dimanapun ruang kita berkarya, karya kita tetap kan abadi.
    BIsmillah~

    Sukses terus, kak Acha.
    Hello, Bungeoppang.

    BalasHapus
  13. Mba Acha keren bisa membahasakan kebimbangan dalam diriii, ini sempat juga saya alami tapi rasanya ruwet aja di kepala. bisanya cuma dibatin, mau nulis kayak gini perlu ngeluarin energi gede banget sampe ga sanggup, hihi. aku setuju mba soal mimpi ga pernah mati, kalo kita belum mulai jalan ke arah situ tuh dia serasa manggil2 pengen diwujudin :"))

    BalasHapus
  14. kadang memang ada masanya kita ingin rehat bahkan dari hal yang kita sukai, ya, mbak. aku juga pernah ada di fase lagi nggak pengen nulis dan ya memang nggak bisa dipaksa sih kalau sudah begitu. jadi ya dinikmati aja masa rehatnya semoga nanti bisa kembali produktif menghasilkan karya

    BalasHapus
  15. Hidup seolah dalam bayang-bayang orang lain emang tidak enak ya... Rasanya ingin menyuruh orang yang ngomong sembarangan itu diam. Tapi Hei, Kak Acha hebat! berprestasi dengan menjadi diri sendiri. Bukankah kebahagiaan kita berbeda-beda? Tidak melulu uang. Semangat Kak Acha mengejar impian.

    BalasHapus
  16. Cabaca itu platform menulis mba? Wah, Mba Acha berbakat sekali. Udah pernah menerbitkan buku kah? Mohon maaf saya gak terlalu sering berkunjung. Semoga tetap semangat menulis dan menyebar semangat literasi.

    BalasHapus
  17. Ayoo semangat lagi. Keren nih Kak Acha. Kebalikan dari saya, saya kalo hiatus yaa, hiatus aja gak menghasilkan karya apa-apa. Blog berdebu dan banyak sarang laba-laba, dan di luar pun gak menghasilkan karya, hiks

    BalasHapus

Posting Komentar