Staycation Di Holiday Inn Gajah Mada Jakarta Buat Numpang Beresin Naskah Novela

Antologi Mencintaimu Dalam Diam

Sudah lama rupanya saya nggak menuliskan post untuk label karya. Rasanya label inilah yang paling sepi dan paling jarang saya tengok. Habis mau bagaimana lagi, rupanya progres saya memunculkan karya fiksi termasuk lelet. Walau sedikit terlambat, saya mensyukuri hadirnya buku antologi Mencintaimu dalam Diam di awal 2020.

Ada proses panjang yang saya lewati bersama beberapa teman penulis yang ikut memunculkan karyanya di buku bergenre romance ini. Begitu pula perjuangan panjang dalam menuliskan kisah fiksi yang ... hhh, beneran nggak mudah untuk berkonsentrasi penuh untuk menulis seperti beberapa tahun lalu, sebab hidup rupanya menghadirkan tuntutannya sendiri. Maklum, Ka Acha telah bermetamorfosis menjadi mommy yang sibuk mengurus geng bayi.

mencintai-dalam-diam

Identitas Buku Antologi Mencintaimu Dalam Diam

Judul : Mencintaimu dalam Diam

Penulis : Nunik Utami, dkk

Penerbit : Bitread

Cetakan : 2020

Tebal : 274 halaman

ISBN : 978-623-224-514-3

Blurb Buku Antologi Mencintaimu dalam Diam

Anak mencintai ibu. Tidak berarti anak selalu mengungkapkannya, sehingga seringkali ibu merasa anak tidak benar-benar mencintainya. Tidak semua ibu bisa mengungkapkan rasa cintanya yang demikian mendalam, terutama bila anak belum dewasa.

Cinta kepada murid. Terlalu banyak guru yang berurai air mata pada saat murid harus melangkah ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kecintaannya terhadap para murid, seringkali tak mudah diungkapkan.

Cinta dalam diam, tak terkecuali pada Sang Khalik. Bukankah cinta pada Sang Maha Besar hanya bisa diungkapkan dalam hening?

Cinta dalam diam yang paling dominan adalah cinta kepada pasangan. Tentu saja dalam berbagai kondisi. Pada pasangan sah, pada cinta yang tak mungkin diraih, pada pasangan yang tak lagi dicintai, bahkan, pada cinta terlarang. Sebab, cinta dalam diam adalah milik semua orang.

Tentang Mencintai dalam Diam

Pada suatu sore jelang malam, saya lupa tepatnya kapan, sebuah surel dikirimkan untuk saya. Sebuah ajakan menulis bersama, serta merta menggoda. Aih ... kapan lagi saya punya kesempatan untuk menghadirkan cerita pendek dalam sebuah buku lagi? Sudah lama sekali. Terakhir malah temanya horor, Intai.

Tanpa berpikir panjang, apalagi saya menemukan nama Nunik Utami yang akan menjadi penulis pendamping,  ada gejolak tersendiri. Dorongan bagi saya untuk ikut serta.

Sebuah keputusan kilat yang kemudian membawa saya tepekur, mencari-cari, dimana saya bisa menggali kisah tentang mencintai seseorang dalam diam?

Kisah cinta bertepuk sebelah tangan? Ah, sudah biasa. Banyak dimana-mana. Kisah cinta dalam diam dengan sahabat atau teman dekat? Hmm ... boleh juga. Ya tapi kok kayaknya klise banget.

Atau haruskah saya menulis tentang kisah diam-diam sayang yang tokohnya bukan manusia? Huum ... kemudian ide itu melayang-layang beberapa waktu, tak jua sampai ke tahap saya menyiapkan outline-nya. Boro-boro deh saya cari bacaan pendukung mood seperti biasa.

Hingga ... selepas menyelesaikan pekerjaan remote. Kala itu, saya sudah menjadi pekerja lepas. Berjuang mencari penghidupan dari rumah saja, dengan alasan nggak tega meninggalkan si bayi pada tangan pengasuh, saya menyadari akan diri saya yang terjebak rasa jenuh.

Akut. Parah. Bagaimana saya harus menjalani hari tanpa keluar rumah. Keadaan dimana setumpuk pekerjaan -- padahal tiap gajian saya sering senyum-senyum kegirangan -- merupakan pelipur lelah. Sementara hidup dengan mengikuti ritme keseharian batita bukanlah hal yang mudah.

Saya terdorong mundur pada berbagai kejadian sepanjang membersamai si kecil sulung saya, kala itu. Sesi mencuci pakaian yang seolah dikejar-kejar, seakan harus banget agar saya nggak terkesan jadi ibu yang malas-malasan sebab nampak dari stok pakaian anak yang menipis.

Ada masa dimana saya berjongkok di dapur sembari mengelap airmata, sebab saya kelimpungan, mana dulu pekerjaan yang harus saya dahulukan, urusan domestik atau task dari atasan, padahal saya merasa sangat kelelahan secara fisik. Sampai ke masa dimana, saya berjuang untuk meneriaki diri saya, "Cha, kamu bisa. Yuk bisa yuk." dan menunjukkan betapa diri saya baik-baik saja, padahal mah ... ckckck.

Hingga terbersit seketika. Ah, sosok pertama yang perlu saya sayang-sayang bukanlah orang lain. Siapa lagi kalau bukan diri saya sendiri? Saya perlu mencintai diri saya terlebih dahulu, dalam diam. Tanpa perlu menunggu orang lain berbondong-bondong memberi tepukan, atau sekadar kata penyemangat.

Maka ... hal pertama yang terbersit setelahnya adalah, lagu Sky Chord dari Shion Tsuji. Lagu yang kemudian judulnya plek ketiplek saya tempelkan pada judul cerpen saya. Lagu yang memang iramanya saya pun suka, salah satu OST dari anime Bleach.

Cerpen Sky Chord di Antologi Mencintaimu dalam Diam

Kamu tahu apa judul lengkap lagu yang dinyanyikan Shion Tsuji di soundtrack anime Bleach ini? Sky Chord – Otona ni naru Kimi. Artinya, untukmu yang sudah dewasa.

Ada sepenggal bait dalam liriknya yang sejak dibuat jatuh cinta pada lagu ini di masa kuliah dahulu, sering membuat saya merasa … ah, pemahaman akan menjadi dewasa itu akan berkembang sering waktu dan jalan hidup yang saya pilih.

Kitto otona ni naru koto nanka yori taisetsu na mono ga aru no

Kitto sore wa mitsukeranai mama otona ni natte yukun da

Terjemahan bebas dari lirik di atas adalah :

Aku tahu, ada banyak hal yang lebih penting daripada menjadi dewasa

Namun aku akan tumbuh sepanjang waktu dan menyadari apakah itu

Jadi, inilah awal dari munculnya outline cerpen Sky Chord. Namun, bagi kamu yang sudah membacanya kemudian akan mengerti, bahwa pesan yang saya sampaikan bukanlah menjadi sosok dewasa yang egois alih-alih keadaan mengajarkan kita untuk mencintai diri sendiri dengan cara yang lebih baik, setiap waktu.

Mencintai orang lain itu sesuatu yang sah, wajar, manusiawi. Namun mencintai diri sendiri, menyadari masa depan dan memilih jalan terbaik bagi diri, rasanya … itu kewajiban. Mencintai seseorang bukan berarti berkorban habis-habisan juga. Maka itulah cinta dalam diam, dimana segalanya mengakar, tumbuh, dan berkembang, bagi diri dulu, sehingga kelak bisa menemukan teman hidup yang sama-sama saling menghargai makna dari cinta.

Seperti apa sih cerpennya Ka Acha?

Waduh, masa saya kasih gratis sih di blog. Huhu … pesan atuh bukunya langsung ke penerbitnya. Atau, bisa juga ke beberapa teman penulis yang terlibat di dalamnya. Soalnya stok buku di Ka Acha sudah habis duluan hihi.

Cerpen Mencintai dalam Diam Lainnya

Sepanjang menyediakan waktu khusus untuk membaca semua karya dari teman-teman yang terlibat di dalam buku antologi bergenre romantis ini, saya dibuat terhanyut oleh beberapa cerpen, dan terhenyak oleh beberapa yang lainnya.

Penulis yang terlibat, mulai dari : Nunik Utami, Achi Hartoyo, Cerita Maria, Nabila DP, Dewi Puspasari, Agnezia Kartika Dewi, Annisa Rachmawati, Setyodewi, Sekar Langit, Erin F., Regita Kurniavi, Riana Mahilda, Sekar Pitasari, Ulfah Wahyu, Rahmiwati Sandi, Vika Hamidah, Asri Wening, Dessi Yusmiati, S. M. Pangesti, Uni Muthi’ Lathifah Fajri, ndaarikha, and also me … Akarui Cha.

Senang rasanya bisa membaca kisah-kisah manis dan mengharu biru karya teman-teman. Mendapati banyak sudut pandang tentang mencintai dalam diam yang nggak bukan hanya tentang pacaran, atau urusan cari pasangan hidup. Lebih dari itu. Selalu ada sosok yang mencintai diri kita dalam diam, dan melangitkan berbagai doa demi merasa bahagia atas cinta yang dirasakannya, dimilikinya.

Lalu, apa yang kamu pikirkan saat membaca kalimat pendek, “mencintaimu dalam diam”?


Komentar

  1. Tadinya ketika aku membaca judulnya "mencintaimu dalam diam", aku pikir cara mencintainya secara diam-diam atau diam-diam mencintai? Namun setelah membaca keseluruhan, baru ku paham bahwa buku ini bukan hanya mengisahkan tentang pacaran saja, melainkan lebih dari itu. Bagus nih, kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kira pas baca judulnya juga gitu. Kirain mencintai seseorang atau orang lain secara diam-diam. Ternyata setelah baca seluruh tulisan di blog bukan gitu. Hehehe

      Hapus
  2. Wah keren nih udah mengeluarkan buku antologi lagi. Selamat ya...
    Penasaran jadinya dengan pengalaman mencintai dalam diam nya
    Harus coba intip langsung di buku ya ya, hehehe

    BalasHapus
  3. Waaaah keren nih bukunya. Jadi pengen bacaaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan Mas. Bisa dipesan ke para penulisnya atau langsung ke Bitread.

      Hapus
  4. Bener, kadang ada ibu yang tak mengungkapkan rasa cintanya secara langsung pada anak, tapi ada juga yang mengungkapkan dgn lisan...beda2 ya emang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Mba.

      Makanya kadang ada yang anaknya nggak sadar saat ia masih ada, namun setelah jauh atau tiada baru menyadari betapa besar cinta yang diberikan oleh sang ibu bagi kehidupan anaknya selama ia hadir di dunia.

      Hapus
  5. Seru juga bisa menulis buku bareng dengan teman-teman lainnya. Meski tema sama, tapi sudut pandang yang dilihat bisa berbeda-beda. Membuat pembacanya merasa banyak cerita dalam buku tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Mas. Inilah salah satu asiknya bergabung dalam sebuah proyek penulisan buku antologi.

      Hapus
  6. Mencintaimu dalam diam, cinta bertepuk sebelah tangan masuk nih temanya, tapi kisah cinta yang tulus seperti in patut dituangkan dalam sebuah karya daripada hanya dipendam, sip, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, aku terharu nih blogku dikunjungi sama penulis kece.

      Terima kasih banyak ya Mba.

      Hapus
  7. Cinta itu memang sangat universal ya, Mbak. Tidak hanya kepada pasangan, kepada orang tua, saudara, anak, dan lainnya. Dan tidak semua orang bisa mengungkapkan cintanya. Termasuk seorang Ayah yang sulit mengatakan cinta, tapi biasanya lewat tindakan.
    Buku ini keren, apalagi digawang Mbak Nunik Utami, penulis keren. Mbak Nunik ini juga menulis cerita anak. satu grup sama saya hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini, Mas Bams lebih paham deh nih soal Ayah yang menunjukkan rasa cinta pada anak-anaknya.

      Terima kasih banyak Mas Bams. Duh terharu karena dapat doa dari penulis keren seperti Mas Bams.

      Hapus
  8. Kalau soal mencintai dalam diam sepertinya masa-masa SMA adalah masa yang sering kulakukan kepada sang doi yang diam-diam aku sukai dan sering menaruh perhatian kepadanya. Tapi rasanya senang sekali jika mencintaiku itu akhirnya disadari dan diterima olehnya hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi cinta monyet ala remaja ya kalau di umur SMA begitu.

      Hapus
  9. Wah! Selalu salut sama orang-orang yang rajin menulis dan yang udah menerbitkan buku.

    ini judul bukunya Mencintaimu Dalam Diam, tadinya kupikir tentang kisah percintaan remaja atau orang dewasa yang mendam perasaan suka, ternyata arti cinta di buku ini lebih luas dari itu ya. Cinta dalam diam bisa ke siapa aja, termasuk orang tua ke anak dan sebaliknya huhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Mba Noviyana.

      Betul. Sebab cinta kan universal juga.

      Hapus
  10. Baca judul "mencintai dalam diam" jadi inget temen kuliah dulu yg ga berani ngungkapin perasaan ke pujaan hatinya karna takut di tolak. hehe

    BalasHapus
  11. Selamat ya mba atas rilisnya buku Mencintaimu Dalam Diam. Ini seperti Sang Pencipta yang mencintai kita walaupun tidak pernah bertemu secara langsung tapi karena adanya kepercayaan dan komunikasi vertikal maka cinta itu abadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Mas Tomi.

      Nah itu. Secara manalah kita sepenuhnya sadar akan cinta dari Sang Maha, padahal kita hidup di dunia milik-Nya.

      Hapus
  12. Selamat dan sukses atas peluncuran bukunya mbak, pengen banget nerbitin buku juga mbak. Jadi termotivasi baca artikel di blog ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Kak Didik.

      Yuk semangat yuk, Kak. Bisa.

      Hapus
  13. uhuy, selamat loh kak Acha, temanya hampir samaan nih sama antologi keduaku. "Rasa yang Terpendam" hihi...

    sukses dan semangat terus untuk kak Acha. jangan nangis dipojokan lagi yaa.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Kak Rizky.

      Wuaaahhh jadi penasaran sama buku antologi kedua Kakak deh.

      Hapus
  14. Wah zeru nih kayanya buku antologinyaaaaa. Mencintai dalam diam tuh salah satu kisah cinta manis yang agak menyakitkan gitu ya Kak.. semoga ada yg happy ending ya dr kisah kisah iniiii.. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi ada juga kok yang happy ending kisah di dalam buku antologi Mencintaimu Dalam Diam ini Kak.

      Hapus
  15. Yang kupikirkan pertama kali saat membaca "mencintaimu dalam diam" adalah.. Keikhlasan! Mungkinkah itu yang benar-benar namanya cinta kak? Heehe
    Btw, kak Acha aku terharuu.. Ternyata kadang kita sama ya, diam2 nangis dipojokan sambil mikir harus ngerjain yang mana dulu. Tapi saat kayak gini, aku selalu inget pesan suami aku. Kalau udah ngerasa mpet banget ma kerjaan domestik, pergilah me time dulu. Toh kerjaan rumah ga akan ada habisnya. So selow aja kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, suami yang pengertian sekali Mba.

      Semoga sakinah mawaddah wa rahmah selalu ya.

      Iya, sebagian besar kisah yang disajikan di dalam buku antologi ini ya tentang ikhlas. Membiarkan jalan Allah SWT yang bergerak, emngikuti pilihan yang sudah diambil.

      Hapus
  16. Hehe ternyata.... Ditunggu cerpennya ditulis di blog, ternyata pembukaan blognya cuma pancingan. Hahahahhahaaa..... Eh, aku nonton Bleach baru dikit sih. Terus, lagunya juga nggak tau eh yang mana itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo hayo coba deh Googling lagunya Shion Tsuji yang Sky Chord.

      Hihihi, mmm ... nggak pengen ditulis di sini sih, biar banyak yang nyariin bukunya. Hehehe.

      Hapus
  17. Aku jadi teringat juga nih kak acha. Dah lama aku gak menelurkan antologi. Terakhir stuck di antologi ke-9 (aja) :')

    Kalau baca kata mencintau dalam diam aku malah merayap jauh ke masa2 sekolah sih. Hehe. Tapi ternyata mencintai dalam diam bisa dalam berbagai versi. Seru juga ya.

    Aku tertarik dengan kutipan lagunya. Menjadi dewasa emang nggak mudah, tapi hrs dijalani :')

    Terus berkarya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuaaa Mba kece banget. Aku sendiri masih perlu beberapa langkah lagi kalau mau mencapai ke angka sembilan.

      Nah, mana tahu Mba juga bisa suka sama lagunya.

      Terima kasih banyak Mba. Semangat berkarya juga ya.

      Hapus
  18. Wah selamat ya kak atas peluncuran bukunya berjudul "mencintaimu dalam diam" sangat mengenakan banget bukunya di kehidupan ku

    BalasHapus
  19. jadi inget masa-masa sekulah heheheh...
    Sekarang judulnya mencintaimu dalam ribuan kata #ehemm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahay, sekarang semua ungkapan cintanya disampaikan sampai luber-luber ya.

      Hapus
  20. wah mantap, nggak hanya ngeblog, sekarang kak Acha juga nulis buku
    sukses buat antoginya ya kak

    BalasHapus
  21. jadi inget masa-masa sma dan kuliah awal, masih suka ikutan nulis antologi. duh sekarang belum ada yang baru lagi 😂

    btw selamat kak 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Mba Happy.

      Yuk Mba, semangat lagi.

      Hapus
  22. aku merasakanpoin kedua, bagaimana seorang guru mengungkapkan rasa cintanya pada murid yang akan berpisah karena meneruskan k jenjang selanjutnya melow dah pokooknya,

    wah mencintai dalam diam ini memang sering jadi judul yang fenomenal y mbak ,dan betul bisa dimiliki oleh siapa saja

    mbak acha keren mah masih produktif menghasilkan karya . fiksi pula. aku tak sanggup euy, fiksi sulit buat aku huhuhuh:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah Kak Hamim.

      Terima kasih banyak Kak. Yuk Kak, kita banyak berkarya dalam bidang mana saja yang kita bisa. Semangat ya Kak.

      Hapus
  23. Kadang kita baru bisa mengungkapkan rasa cinta setelah orang itu sudah pergi. Ini yang aku alami ke Bapak. Mencintai dalam diam. Karena kita sama-sama tidak terbiasa mengungkapkan cinta secara langsung. Setelah beliau berpulang, baru deh terasa banget keinginan untuk bilang langsung. Mewek deh...
    Btw, selamat dan sukses ya Kak atas peluncuran bukunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga doa-doa sayang dari Mba Reni menerangi tempat Bapak Mba beristirahat ya.

      Terima kasih banyak Mba.

      Hapus
  24. Aseeek bangett deh mencintai dalam diam jadi keinget sama kisahnya ALi bin Abi Thalib sama Fatimah Az-Zahra. masyaAllah yaa. Manis, getir, tapi bener2 cinta sejati yang bikin iri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uwah, aku belum khatam kisah mereka. Nah lho, harusnya sebagai anak muslim, aku mencari tahu lebih banyak ya Kak. Bismillah, ajari aku banyak hal lagi ya Kak.

      Hapus
  25. Sekelas antologi, buku ini termasuk cukup tebal ya, kak. Pasti penulisnya keren-keren nih, plus juga tulisannya.

    selamat dan semangat kak cha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Kak.

      Iya, cukup tebal untuk sebuah buku antologi sebenarnya.

      Hapus
  26. Cinta guru kepada muridnya ini selalu menyentuh saya, karena memang jarang banget guru yang bilang ke murid-murid kalau beliau sayang, tapi selalu dicurahkan lewat perbuatan, eeh kadang muridnya malah salah terima dan bilang gurunya cerewet, galak, dsb :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kadang anak-anak saat remaja nggak sepenuhnya paham akan rasa sayang yang ditunjukkan sama gurunya. Baru sadar setelah mendewasa, biasanya.

      Hapus
  27. Pasti serasa baca 'chicken soup for the soul' nih ya mba Icha..
    Yang penuh dengan siratan bermakna untuk diri sendiri...
    Selama ya kakak... atas terbitnya buku antologinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huwaa, iya Mba, rada miriplah ya.

      Terima kasih banyak Mba.

      Hapus
  28. Mencintai dalam diam, tak dikatakan.. tapi diam-diam mendoakan. Cerpennya mbak Acha menarik, jadi pengen tahu kisahnya... nama2 yang ada di antologi nggak asing nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi iya Mba Marita. Banyak yang sudah dikenal memang namanya. Bangga bisa menikmati rasanya menulis dalam satu buku yang sama dengan mereka.

      Terima kasih banyak Mba Marita.

      Hapus
  29. Ingat jaman antologi jadinya diriku Cha udah lebih dari 125 antologian dulu hahaha.
    Selamat ya Cha. Sukses terus buat tulisannya, sangat menginspirasi. Kamu keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah Nyi, kamu mah selalu bikin aku kagum. Merasa banget kalau aku tuh harus banyak belajar banget dari kegigihanmu, bahkan semangat menulismu yang seperti selalu punya amunisi, tiada limit pokoknya.

      Terima kasih banyak, Nyi.

      Hapus
  30. Wuih keknya bukunya "dalam" ya. Kalau baca langsung pasti lebih seru

    BalasHapus
  31. Duh, kenapa judulnya relate banget sama hati eykeh yang seuknya stalking tanpa berani menampkakkan diri 😂

    Btw on the way, ku jadi penasaran deh mbak pengen baca antologi nya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah lho nah lho, hihihi.

      Silakan Mba. Nampaknya masih bisa dipesan melalui Bitread.

      Hapus
  32. wah keren kak cha! harusnya ini jadi buku yang bisa kukepoin di esok hari karena ceritanya tentu akan ada yg relatable deh dengan diri sendiri, paling gak, sepenggal cerita gitu. bahwa emang mencintai diri sendiri itu perlu proses panjang.

    BalasHapus
  33. Cinta yang nano nano ada dalam antologi ini ya Cha. Sehat selalu ya Cha dan keluarga. Jadi mommy kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan juga.

    BalasHapus
  34. waduh kayanya ini tipe ku banget yang hanya suka mencintai diam-diam, eeaa.. hihii penasaran jd pengen baca lengkapnya nih

    BalasHapus
  35. Dari judulnya saja sudah bikin penasaran, apalagi setelah baca list penulisnya...Waaah, tema yang menarik ini mencintai dalam diam. Bukan hanya pada seseorang tersayang tapi juga sosok lainnya ya, pasti lengkap nih bahasannya

    BalasHapus
  36. Kalo saya kepikiran tentang mencintai pasangan kita terlepas apapun sikapnya, perbuatannya, kepada kita. Mencintai dalam diam yakni masih tetap mencuci bajunya, menyiapkan makannya meski hati ini sedang terluka. Gitu kak Acha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hebat kalau ada perempuan yang bisa sebaik itu, Mba.

      Hapus
  37. Wah kepo lanjutannya gimana ya action mencintai dalam diam ..??

    BalasHapus
  38. Iya mba. Ini bener banget. Saya aja sampai lupa kapan terakhir kalinya saya bilang "Aku sayang ibu" ke ibu saya.

    Cinta pada ibu, cinta pada Sang Khalik adalah cinta dalam diam. Terlebih pada Dia yang Maha Pencipta. Namun, untuk bisa mengungkapkannya, kita terlebih dahulu harus belajar mencintai diri sendiri dengan cara lebih baik.

    Seru kali ya baca antologi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya Mba.

      Aku pun rasanya jarang sekali mengucapkan sayang ke Mama. Cinta pada sang Pencipta pun sesungguhnya cinta dalam diam.

      Hapus
  39. Bikin cerpen juga jadi jalan ninjaku menyalurkan hobi menulis fiksi. Hihi.... Keknya kita hampir sama nih mbak. Sebelum aktif nge blog, saya lebih dulu aktif bikin cerpen dan novel online.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah saking udah keseringan nulis artikel, jadi susah berfiksi-fiksi. Sekalinya bikin jadi aneh, berasa artikel yang dicerpenkan, hihi. Makanya keren nih mbak Acha.. bisa menelurkan haskar Cerpennya..

      Hapus
  40. Keren nih, jadi tulisan2 kita dan teman2 di dalam buku antologi dibahas ya Ka, dijadikan postingan blog seperti ini aihhh menariknya... semoga saya pun sempat berlaku demikian, terima kasih inspirasinya Ka Acha^^

    BalasHapus
  41. Yang aku pikirkan adalah kisah masa lalu, karena pas banget deh, saling suka tapi diam ahaya....ah masa masa itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu nggak terasa semuanya berubah seiring waktu ya Mba.

      Hapus

Posting Komentar