Staycation Di Holiday Inn Gajah Mada Jakarta Buat Numpang Beresin Naskah Novela

Cara Menghemat Pengeluaran Bulanan

Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.

Beginilah prinsip saya dalam menjalani hidup dengan cara menghemat pengeluaran bulanan. Bukan karena pelit, tapi karena bagi Ka Acha pribadi, nggak ada salahnya menjaga gaya hidup tetap sederhana. Punya standar terlalu tinggi tapi di balik segalanya malah hutang sana sini, nggak punya dana darurat, duh … mana bisa happy?

mengelola keuangan bulanan

Berangkat dari rasa nggak mau banyak memberatkan orangtua. Kalau bisa, selepas kuliah dan punya pekerjaan, saya nggak banyak ditanggung Mama dan Papa lagi. Ini pula alasan saya terbiasa menahan diri dari banyak meminta kepada keduanya dulu. Saya masih punya tiga orang adik yang sama-sama butuh dibiayai.

Maka … setelah saya tahu rasanya dapat gaji pertama, tanpa menunggu lama, saya langsung menerapkan beberapa poin berikut dalam mengelola finansial saya.

Lekas Menabung Di Rekening Berbeda Selepas Gajian

Membedakan rekening yang dipakai untuk keluar masuknya dana dengan rekening tabungan pada akhirnya terasa manfaatnya saat mempersiapkan pernikahan dulu. Rutin menabung sekitar 25% dari pendapatan tetap bulanan, membuat saya merasa mudah dan lega, ketika hilal tanggal pernikahan saya sudah nampak di depan mata.

Bahkan rekening yang saya pakai untuk menabung dana ini, nggak saya bawa kemana-mana kartu ATM-nya. Tersimpan di tempat super tersembunyi yang saya bisa ambil di saat darurat saja.

Apa Ka Acha pakaikan mobile banking untuk si rekening khusus tabungan? Nggak. Biar saya nggak gampang tergoda untuk “pakai saja dulu”, atau “ah gampang, nabungnya nanti saja”. Tapi ya tetap pakai SMS Banking biar tahu, jika sewaktu-waktu yang ada yang mengambil dana tanpa saya tahu dari akun saya.

Kenapa nggak pakai deposito saja Ka Acha? Alasan sederhananya, sebab saya mau si dana tabungan ini bisa diambil kapan saja saat saya membutuhkannya. Namanya masih lajang, kebutuhan dana besar masih nampak abu-abu. Palingan ya menabung biaya pernikahan saja, walau masa itu, calonnya saja belum ketemu, hilalnya saja belum tahu.

Sementara, jumlah dana yang kamu mau tabungkan setiap bulan ini, bisa kamu pertimbangkan sendiri presentasenya. Sesuaikan dengan pengeluaran wajibmu. Apalagi jika kamu menanggung biaya keluarga atau orangtua, hanya kamu yang paham sanggupmu sampai mana.

Buatlah sesi menabung selepas menerima pendapatan ini sebagai kebiasaan wajib. Hal menyenangkan. Cara kamu menghargai kerja lelahmu selama ini, agar kelak saat mendadak butuh, kamu nggak sampai memberatkan orangtua atau keluarga.

Buat Post Pengeluaran Tetap

Akan ada kebutuhan bulanan tetap yang pasti kamu keluarkan setiap bulannya, semisal biaya air, listrik, biaya sewa rumah misalnya, atau lainnya.

Setelah menyisihkan sebagian pendapatanmu untuk ditabung, pisahkan lagi dana yang kamu dapatkan ke dalam post pengeluaran wajib yang akan selalu kamu keluarkan. Dengan demikian, kamu akan menemukan, berapa jumlah dana yang bisa kamu manfaatkan untuk kebutuhan lain, semisal : beli buku bacaan baru, biaya traveling, atau biaya bersosialisasi alias nongki-nongki sama bestie.

Fokus Pada Kebutuhan Bukan Keinginan

Ada masa dimana saya yang hobi bersantai ini, maunya lekas beli tiket dan menyusun itinerary untuk berkunjung ke destinasi ini dan itu. Terpengaruh ajakan teman untuk membeli sepatu yang ini, baju yang itu, smartphone yang begini, atau pindah ke kamar kos yang fasilitasnya begitu.

Belum lagi kalau sedang ada bazar atau jastip buku, saya paling gampang tergoda. Sering pula ajakan teman untuk menonton bersama di bioskop, lalu makan malam di luar atau sekadar minum boba sambil mengobrol penuh tawa, mana sanggup saya tampik. Duh … berat.

Tapi dengan sengaja menjadikan dana bebas yang bisa saya manfaatkan dari rekening gaji hanya sampai batas tertentu setiap bulannya, menjadikan menghemat pengeluaran bulanan dengan menahan diri dari begitu banyak keinginan, mau nggak mau ya harus dilakukan.

Trik lainnya nih ya. Jika saya ingin sesuatu, saya beri jeda pada diri saya selama beberapa waktu. Kalau memang perlu, akhirnya saya akan mengeluarkan dana untuk mendapatkannya juga. Kalau ternyata saya malah nggak terlalu memikirkannya lagi, berarti belum waktunya saya memiliki si barang incaran tadi.

Trik tambahannya, saya selalu berbelanja dalam keadaan kenyang alias sudah makan. Entah bagaimana dasar ilmunya, tapi berbelanja di saat perut sudah terisi, cukup membantu saya untuk memilah dan memilih, mana yang saya butuh saat itu, dan mana yang hanya sampai ke tahap ingin.

Catat Setiap Pengeluaran

Bahkan biaya parkir di pusat perbelanjaan yang hanya sepuluh ribu rupiah saja saya masukkan ke dalam catatan lho. Mungkin kelakuan begini bisa dibilang pedit medit binti perhitungan kali ya. Eh, tapi nggak ada salahnya dicoba.

Sebab saya  malas mencatat di buku catatan keuangan, biasanya saya memanfaatkan aplikasi pencatatan yang sudah tinggal saya unduh saja sih. Jadi nggak terlalu terasa repot sendiri juga jadinya.

Hanya saja, untuk sedekah … saya nggak pernah mencatat. Nggak menakar juga jumlahnya harus berapa setiap bulannya.

Ya, saya anggap, si dana ini hanya berpindah kantong saja. Jumlahnya berganti sebagai manfaat. Sebab rejeki nggak selalu soal uang saja, bukan? Lagipula saya takut, jika saya catat, saya akan terus ingat kemana perginya si dana yang sesungguhnya bisa jadi memang datang kepada saya tetapi haknya bukan untuk diri saya.

Bukan Beli yang Lebih Murah Tapi yang Lebih Bermanfaat

Bagi saya, dibanding membeli alas kaki dengan merk A yang harganya lebih murah, tetapi lekas rusak dan modelnya nggak terlalu saya suka, lebih baik saya pilih si sepatu merk B yang lebih awet dan nyaman saya pakai.

Atau sesederhana, saya lebih nyaman mengoleksi buku bacaan legal sebab cetakannya lebih bagus, begitu pula lemnya. Bahkan royaltinya akan mengalir langsung kepada penerbit dan penulisnya. Jika pun ingin buku tersebut namun dana belum mencukupi, ya apa salahnya bersabar? Bisa juga saya pinjam di perpustakaan, atau mencari ebook legal dari penerbitnya langsung.

Bukan nggak senang dengan produk atau jasa yang harganya ramah kantong. Tapi saya merasa, paling nggak saya menjadikan diri saya pantas atas sesuatu dengan memanfaatkan berbagai barang yang saya miliki.

Lebih Baik Memiliki Barang Produktif Daripada Barang Konsumtif

Habis ini apakah Ka Acha bakalan dapat julukan pedit binti medit amit-amit? Hihihi ….

Semisal, ketika saya mau beli smartphone baru, saya senang mencari yang mumpuni untuk mendukung pekerjaan saya. Produktif sebab bisa menjadi sarana untuk saya membuka pintu pemasukan lainnya.

Kalau memang butuh upgrade ke yang harganya lebih mahal buat bantu naikin skill, ya masa saya tahan-tahan dengan alasan belum masuk budget? Itu tabungan yang tiap bulan disisihkan, masa nggak dianggap? Sedih banget.

Tapi kalau misalnya beli smartphone tadi cuma buat dibilang trendy tanpa mau memantaskan diri dan menjadikannya barang produktif … ehm, rasanya sikap begini masuk ke ranah hidup berat di gengsi sih.

Atau … misalnya lagi nih, ingin bisa cas cis cus berbahasa asing tapi karena merasa biayanya mahal banget jadi nggak mau ambil kelas, malah memilih belajar otodidak saja biar hemat. Duhaduh, yakin? Padahal kegiatan begini bagi saya malah investasi personal. Akan ada cara belajar bahasa inggris bagi pemula yang harganya masih terjangkau untuk kamu mengasah kemampuan diri.

Seru pula karena jadi punya teman belajar bareng. Menambah jangkauan pertemanan juga deh jadinya. Ya masa disabar-sabarin sampai entah kapan?

Jangan Sampai Berhutang

Tegas pada diri sendiri untuk nggak berhutang ini penting. Apalagi berhutang akibat mengikuti hati ingin dipandang orang lain sudah memiliki ini dan itu. Nampak sukses tapi dari tunggakan bulanan, yakin masih bisa tertawa lepas setiap bulan?

Kembali ke poin pertama dimana selalu menyisihkan pemasukan ke dalam rekening tabungan terpisah tadi. Inilah dana yang kelak bisa kamu manfaatkan untuk menutupi beberapa post pengeluaran besar dari kebutuhan yang nggak terduga.

Semoga cara menghemat pengeluaran bulanan yang saya tuliskan ini, memberi manfaat. Jika ada trik menghemat lain yang ingin kamu sampaikan, silakan tuliskan di kolom komentar ya.

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

  1. Aku juga sekarang ada ATM khusus buat nabung dan nggak aku bikin M-Banking nya, soalnya M-Banking itu godaan yang sangat nyata, haha. Bawaannya mau belanja mulu kalau ada saldo di M-Banking.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betoooll. Apalagi aksesnya gampang banget tinggal klak klik klak klik doang.

      Hapus
  2. sampai saat ini, saya belum rutin menulis setiap pengeluaran saya, padahal hampir semua tips keuangan yang saya baca dan tonton (di youtube) selalu menyarankan hal itu. Insyaallah saya bisa menerapkan itu bulan depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba pakai aplikasi deh Kak Ira. Mana tau malah memudahkan. Jadi tiap ada pengekuaran ya diisi saja saat itu juga.

      Hapus
  3. Mencatat semua pengeluaran, tampaknya mudah tapi diprakteknya (minimal bagk saya) susaaah sekali, hehe. Terima kasih sharingnya Kak, mudah2an saya bisa mengikuti tips2 ini juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama.

      Mungkin kalau pakai aplikasi yang diunduh langsung di smartphone jadi memudahkan. Bisa dicoba.

      Hapus
  4. Suka nih aku tips tips kayak gini. Beneran bermanfaat buat mengelola keuangan. Btw dulu aku rajin banget lhp nyatetin tiap pengeluaran. Trus jadi evaluasi buat bulan depannya. Tapi sekarang malas. Kayaknya kudu balik on track nih aku. Makasi udah ngingetin

    Ou soal belanja kebuthan daripada keinginan, ini kok nampol ya. Harap maklum, perempuan biasanya lapar mata hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi biar nggak lapar mata, kumencoba belanja di saat kenyang. Jadi akhirnya nggak terlalu banyak keinginan.

      Hapus
  5. Setuju banget.
    Memiliki tabungan dan cerdas saat membelanjakannya ini adalah skill yang perlu terus dilatihkan. Apalagi menjelang ke gerbang kehidupan berkeluarga.

    Pilih barang yang tahan lama, awet sehingga gak perlu banyak-banyak punya, tapi tetap bisa di mix and match dengan outfit yang kita miliki.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay sepakat sama Teh Lendy.

      Punya barang yang bisa di mix and match itu seruuuuu.

      Hapus
  6. Kalau masih single tu dulu seolah keinginan mengurangi pengeluaran bulanan hanya menjadi wacana saja. Pingin ah nabung, giliran ada yang dipinginin. Nantilah. Bulan depan saja. Begitu terus.

    Kudu ada niat dan keinginan yang kuat sih. Tapi, tipsnya memang boleh dicoba.

    Menyisihkan uang tabungan ke rekening yang nggak usah dibuatkan i-bankingnya. Biar nggak mudah digunakan.

    Terus ATMnya nggak usah dibawa-bawa. Biar nggak asal gesek sana-sini.hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya. ATM-nya disimpan baik baik saja di rumah biar nggak tergoda untuk dipakai tiba tiba.

      Hapus
  7. setuju, mba. suami pernah mendesak saya untuk beli laptop yang bagus sekalian. lha saya yang eman-eman duitnya.. ternyata begitu udah kebeli, produktifitas memang naik dan berbagai pekerjaan jadi lebih cepat terselesaikan. kalau udah kayak gitu, jatuhnya malah lebih hemat dan murah kan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huum. Ada masanya perlu lho barang mahal untuk menaikkan produktivitas.

      Hapus
  8. Setuju mbam. Menabung itu harus disengajakan dan diutamakan. Bukan nunggu ada sisa baru nabung, tapi nabung dulu dan sisanya bisa ga bisa dipakai untuk biaya hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Biar biaya hidup nggak capek saingan sama gaya hidupm

      Hapus
  9. Betul banget, kalau pandai mengatur pengeluaran bulanan, punya tabungan, nggak punya utang dan punya dana darurat segunung, duuuh masha Allah nikmat banget idupnya ya. Semoga kita semua bisa berada di posisi seperti ini ya, aaamiiin...

    Makasih banyak tipsnya ya Kak. Tinggal niatnya aja dikuatin buat ngejalanin seluruh tips kece badainya tersebut. Kalo nggak ada niat ke arah sana, maka percuma juga kan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya Mas. Semoga lancar perjuangannya buat aman finansial dan nggak kesenggol sama utang.

      Hapus
  10. kalo m ba king ku ga terlalu ngefek karena kalo tahu saldo d atm masih ada walopun harus ke atm tetep dijabanin.hehe. satu2nya ya mengalokasikan kewajiban di awal setelah itu sisanya utk makan dan senang2.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap. Kadang nggak selalu ngefek di beberapa orang juga memang Mba Lita. Jadilah biar tenang jiwa ya menabung setelah terima pembayaran dulu di rekening berbeda. Sisanya ya keteguhan hati saja.

      Hapus
  11. Sekarang nyaris sudah enggak belanja karena pengen tapi beneran butuh
    Pandemi mengajarkan banyak hal, khususnya pengelolaan uang seorang wiraswasta dan freelancer
    Slot tabungan malah ditambah sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama deh Mba Amma.
      Walaupun ada saja masanya tergoda untuk jajan dan mengalami latte factor hanya karena mengatasi kecemasan atau merasa butuh kelonggaran dari sesi jaga jaga keuangan sesekali.

      Hapus

  12. Betul mbak, hidup tanpa utang itu bikin tenang. Walau sebagian orang bilang, kalo nggak punya utang hidup terlalu santai, nggak ada semangat buat cari uang, ha, ha.

    Makanya nggak heran kalo orang punya penghasilan besar utangnya juga makin besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Ada saja orang yang penghasilannya memang besar tapi menyengaja untuk mencari utang biar semangat terus menambah penghasilan. Soalnya kalau nggak ada utang ya nggak ada yang mengejar-ngejar.

      Memang setiap orang, karakternya nggak bisa disamakan sih ya.

      Cuma kalau saya pribadi, memang cenderung untuk memperjuangkan diri bebas dari utang.

      Hapus
  13. Setuju untuk poin mencatat pengeluaran dan beli sesuai kebutuhan. Kadang terdgoda beli makanan sih padahal bisa ditabung. Makasih ya Kak dah diingatkan, apalagi sebagai freelancer yang penghasilannya ga tetap, mesti cermat melakukan penghematan. Kalau kami sengaja bikin rekening khusus yang ga bisa sering-sering diambil agar saldo aman. Walaupun PR banget buat nahan, hehe. Intinya kudu naikin earning sih biar bisa save more.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap, Earning juga perlu dinaikin memang Mas. Soalnya nggak selalu cukup dengan apa yang didapat di tahun lalu. Namanya juga pengeluaran, suka berkembang seiring perubaha waktu. Masa penghasilan nggak.

      Semangat buat kita ya Mas. Semangat buat para freelancer.

      Hapus

  14. Kalo bisa mengatur keuangan seperti ini jadi hidupnya terasa lebih terencana ya.

    Hidup tanpa utang itu memang bikin nyaman. Nggak dikejar-kejar buat bayar tagihan apalagi kalo telat pasti ditelpon terus.

    Biar sebagian orang merasa kalo dia masih butuh utang biar bikin semangat cari uang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mba. Karena setiap orang memang berbeda-beda karakternya.

      Hapus
  15. Daku masih belum bisa konsisten untuk menabung membagi pos pos begitu Kak Acha. Kudu SemangatCiee banget nih biar terwujud, apalagi pengen juga financial freedom hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Kak Fenni. Yuk kita berjuang biar bisa merdeka secara finansial dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

      Hapus
  16. Semoga diistiqomahkan buat nabung tiap bulannya. Kerasa banget sekarang, persiapan anak lulus sekolah semua tahun ini. Kudu prepare sekolah sama kuliahan anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga istiqomah dan tangguh juga ya Mba.

      Hapus
  17. sudahs aya terapkan semua tipsnya ka, memang cukup berhasil niy. kalau beli barang saya masih suka impuls, karena suka padahal belum tentu bermanfaar hehe, tapi sekarang sudah mulai pelan-pelan mengurangi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat buat kita ya Teh. Semoga makin bisa mengendalikan diri.

      Hapus
  18. Padamu Chaaaaa harus mencontoh dirimu nih aku, kadang masih mikir keinginan bukan yang kbutuhan. Bismillah harus jadi lebih baik nih

    BalasHapus
  19. Saya termasuk yang sangat takut berhutang apalagi untuk konsumtif. Tapi belakangan semenjak berbisnis, saya mulai berpikir untuk mencari pinjaman modal, ya masih sekedar dalam rencana sih, aslinya juga masih takut. Tapi kadang saya mikir, ngumpulin dari laba juga bisa, cuma harus bener2 ketat pembukuannya, gak boleh meleng dikit buat jajan, haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa Mba. Bisa.

      Malah kalau mengumpulkan dari laba, mana tau walau pelan tapi hati jadi tenang dan makin fokus berjuang.

      Hapus
  20. ini beneran sudah tertanam sejak dulu kala karena dari kuliah sudah biaya sendiri, Jadi mengatur keuangan memang penting banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren banget Bang Dodon, dari jaman kuliah saja sudah biaya sendiri. Mantap.

      Hapus
  21. Meskipun ditaro di kalimat pertama pembukaan tulisan ini. Pesannya kebawa, mendalam, sampai akhir tulisan pun jadi keinget terus. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Ahh noted banget mba :))

    BalasHapus
  22. Yang paling aku sering lupa mencatat pengeluaran nih, tapi aku pakai sistem harian gitu uang belanjanya, jadi kalau belanaja untuk beberapa hari ya tinggal diambil dananya sesuai hari, nanti sisanya disimpan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mantap lag nih Mba Lidya. Saya selama ini belum sanggup kalau memaksimalkan dana harian untuk belanja. Soalnya masih suka banyak mau, jadi ditotalin sebulan saja. Nanti pas akhir bulan, baru deh berasa, pernah bocor jajan apa saja. Tapi diperjuangkan, biar nggak ambil tambahan dari tabungan. Kecuali darurat.

      Hapus
  23. Kalau saya yang pertama kali harus ngelist saat dapat job dan hasil kerjaan lainnnya agar tertata rapi manufaktur keuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mantap nih Kak. Jadi lebih tenang ya. Nggak nunggu ditotalin dulu selama sebulan.

      Hapus
  24. Keren banget... Pertama kali kerja, saya cuma punya satu rekening, semua bercampur di situ, hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi Mba sekarang sudah keren lho, sampai punya bisnis segala. Namanya juga belajar ya, Mba.

      Hapus
  25. Setahunan ini aku lagi suka banget nyatat kuangan pake aplikasi. Awalnya cuma iseng untuk ngetes sejauh mana saya mampu konsisten nyatat. Tapi lama-lama asik juga. Jadi bisa lebih bijak ngatur pos-pos keuangan.

    BalasHapus
  26. Tupsnya mantul banget nih Mbak. Semoga saya bisa menerapkannya dan benar banget. Selama ini banyak orang yang cari barang lihat dari murahnya padahal yang murah itu belum tentu bermfaat. Mending ya dapat barang yang berkualitas meskipun mahal karena itu sebenarnya yang justru lebih hemat karena percuma juga beli barang murah tapi cepat rusak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Murah dan diskon kalau memang sedang nggak bisa dimanfaatkan secara maksimal ya sayang juga. Sama seperti gadget yang kita manfaatkan untuk kerja ya Kak. Nggak ada salahnya punya yang mumpuni walau harganya sedikit lebih tinggi.

      Hapus
  27. Pelan-pelan saya juga memisahkan atm khusus tabungan. Walau masih bisa dilihat pakai m-banking (soalnya bank digital gitu). Tetap terasa manfaatnya, meski harus menahan diri hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuncinya memang menahan diri ya Kak. Semangat. Bisa yuk bisa.

      Hapus
  28. wah ini nih, kadang aku pun merasa bingung antara kebutuhan dan keinginan, pengen beli hp karena yg lama sudah agak lemot, tp belum butuh amat. skrg tiap gajian udh masukin ke rekening lain dana darurat, jadi kalo mendesak ada simpanan, dan bs autodebit kok skrg di banyak bank

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau memang si smartphone udah nggak tertolong lagi dan digunakan sebagai benda produktif, nggak apa apa Mba kalau memilih beli yang baru saja. Mana tau bisa menaikkan income karena kinerja Mba pun makin meningkat nantinya. `

      Hapus

Posting Komentar