Komik Purely Roommates Season 1 : Bacaan Ringan Serasa Nonton Drama Romance Korea

Hijrah Sakinah : Berjuang Berdua Mengejar Sakinah Dalam Cinta

Ucapan doa semoga sakinah mawaddah wa rahmah sering menjadi hadiah bagi pengantin baru. Ungkapan yang sesungguhnya bermakna dalam, dan nggak bisa dicapai hanya dengan beberapa tahun pernikahan saja.

Buku Hijrah Sakinah karya Hanny Dewanti mengungkapkan bahwa benar adanya jika pernikahan adalah sebuah bentuk ibadah terpanjang. Seumur hidup. Drama yang seringnya bermuara dari dua diri orang dewasa yang berperan sebagai suami dan istri.

hijrah sakinah hanny dewanti

Profil Buku Tentang Pernikahan Hijrah Sakinah

Judul                     : Hijrah Sakinah (Mengatasi 55 Masalah Utama Pernikahan Semudah Senyum)

Penulis                 : Hanny Dewanti

Penerbit              : Ikon (imprint Penerbit Serambi)

Tahun Terbit      : September 2018

Tebal                     : 240 halaman

Blurb Buku Hijrah Sakinah – Hanny Dewanti

Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang kalut dengan masalah rumah tangga.

Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang bingung arah rumah tangga kacau balau ini.

Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk belajar tentang bagaimana berumah tangga.

Buku ini juga diperuntukkan bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri rumah tangga.

Jika hari ini ada kesempatan, jangan kemana-mana dulu. Buatlah secangkir teh hangat dan nyalakan muratal terbaik yang Anda sukai, lalu duduk sejenak untuk membaca buku ini. Buku ini akan menemani Anda dan menjawab pertanyaan-pertanyaan besar dalam rumah tangga untuk Anda. Insya-Allah.

Jangan baca buku ini kalau mau rumah tangganya gitu-gitu aja. Saya baca ini terkadang nyengir kuda, sedih, dan kadang bilang, “Oh iya, ya”. Buku yang sangat penting!

- Tendi Murti, Penulis, Ghost Writer, Founder KMO Indonesia –

Pengalaman Baca Hijrah Sakinah Karya Hanny Dewanti

Sakinah adalah gambaran dari hubungan antara suami dan istri yang saling menjaga dari kekurangan masing-masing. Kedua orang yang menahan diri dari membincangkan kekurangan pasangan pada orang lain. Nggak sepenuhnya berkiblat pada kelemahan pasangan. Juga menutup telinga dari omongan orang lain yang bisa merusak keutuhan cinta di antara keduanya.

Buku tentang pernikahan yang seluruh isinya dipenuhi warna merah muda ini mengisahkan banyak sekali potongan cerita berbagai drama berumahtangga. Tertangkap jelas jika buku ini lebih menyasar kaum perempuan, namun isinya tentu saja juga layak dan butuh dibaca para laki-laki.

Di dalamnya, bertebaran pesan bahwa menikah bukan hanya urusan selebrasi semata dan menghempas anggapan ‘sudah dewasa dan sukses laku dipinang atau meminang orang’. Lebih dari itu, berumahtangga berarti siap untuk meneruskan generasi, tentu dibumbui banyak drama di dalamnya yang bikin urusan begini hingga maut menyapa nanti.

Ka Acha baru menikah tahun lalu. Beruntung, di masa pernikahan yang masih seumur jagung, saya berjumpa buku Hijrah Sakinah.

Pundak saya seolah tengah ditepuk sayang, menguatkan saya yang baru berganti status dari singlelillah yang tadinya lebih banyak bernaung dalam perlindungan Pak Prof – papa saya. Dalam Hijrah Sakinah saya belajar bahwa peran sebagai istri dan juga ibu sebegitu pentingnya dalam keluarga. Namun tentu, peran suami dan ayah lebih memberi dampak dalam berumahtangga.

Sekarang, ketika mendapati teman saya yang curhat berharap bertemu jodoh sesegera mungkin kalau perlu simsalabim, merasa merana karena sedang dalam masa single, seringnya hanya saya komentari selewat saja. Persiapan menikah itu bukan dimulai saat sudah bertemu calon pasangan, malah sebaiknya dimulai saat masih sendirian.

Lalu kalau ada teman yang bilang bahwa masa pacaran adalah masa perkenalan yang paling baik daripada taaruf dengan mengandalkan berbagai informasi dari pihak ketiga, umm … keduanya sama saja bagi saya. Percayalah kalau semua borok busuk dan luka-luka jiwa dari suami maupun istri, baru akan nampak setelah pesta resepsi pernikahan yang meriah itu berakhir.

quote pernikahan

Sepanjang saya membaca buku ini, saya benar-benar teraduk-aduk. Pada bagian pertama yang diberi judul ‘Setelah Gebyar Pesta’, saya meneteskan airmata haru.

Pernikahan mencipta segalanya jadi serupa kejutan. Baik buruk, semua menyatu, dan saling terkuak bak telanjang di hadapan masing-masing.

Catatlah baik-baik dalam hati, bahwa sebenar-benarnya perjuangan hidup adalah pernikahan. Sebaik-baiknya tim, yaitu sepasang suami-istri yang berjuang bersama dengan kelebihan dan kekurangannya untuk menuju tujuan yang sama, surganya Allah SWT.

Itulah mengapa, kegalauan akan jalan menuju pernikahan bagi teman-teman saya yang masih sibuk mengeluh karena single, seringnya hanya saya beri saran ringan untuk fokus mengembangkan diri, menjadi diri yang lebih baik lagi.

Sebab kelak setelah menyandang status istri dan suami, berbagai tantangan akan lebih banyak lagi yang menghampiri, nggak peduli kita sudah bersiap ataupun belum. Anggap saja seperti masa perang, dimana musuh bernama “cekcok” bisa saja datang tanpa mengetuk pintu di malam buta, saat kita sedang enak-enaknya terlelap di ranjang yang nyaman.

Saya sangat berterima kasih kepada Penerbit Ikon yang menghadirkan buku nonfiksi mengenai rumah tangga islami karya Hanny Dewanti ini. Bahasanya yang ringan, seolah saya sedang diajak berdiskusi dengan seorang kakak cantik nan lembut, personal sekali.

Saya menikmati tiap halamannya, tiap poin-poin yang disampaikannya, dan sesekali saya merasa … hmm, kalau boleh saya menyebutnya dengan “teraduk-aduk sampai terobrak-abrik juga perasaan dan pikiran” saya. Maka buku Hijrah Sakinah pun akhirnya saya rekomendasikan untuk turut kamu baca juga.

Adalagi bahasan dalam buku Hijrah Sakinah yang begitu menegur dalam rupa bisikan. Judul babnya adalah ‘Pekerjaan Rumah? Pekerjaan Siapa?’.

Pada bagian tersebut, ada bahasan mendalam mengenai bagaimana pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan yang baik dan benar, kelak akan menjadi sosok suami salih dan istri salihah. Orangtua adalah teladan, sosok yang bagaimana pun jadinya akan menjadi contoh dari anak-anak.

Terutama dalam urusan domestik di rumah. Anak-anak akan melihat lalu meniru apa saja kebiasaan yang kedua orangtuanya lakukan. Mulai dari pendelegasian tugas, hingga kebiasaan sehari-hari.

Jelas terbaca dalam Hijrah Sakinah diungkapkan bahwa pekerjaan rumah tangga sesederhana mencuci piring, mengurusi anak, bahkan memasak, bukan sepenuhnya tugas perempuan. Istri hadir bukanlah sebagai pembantu gratisan. Maknanya, nggak ada pekerjaan rumah tangga yang dikhususkan untuk salah satu gender saja. Semua adalah tanggungjawab berdua, suami dan istri.

Buku ini begitu ingin Ka Acha rekomendasikan bagi teman-teman yang masih belum sampai pula ke jenjang pernikahan. Semoga bisa bahasan agar kelak memasuki jalinan sakral berpayung akad nikah dengan ilmu.

tugas suami dan tugas istri

Hijrah Sakinah karya Hanny Dewanti walau isi dalamnya dipenuhi warna merah muda khas perempuan, tapi kaum lelaki yang membacanya pun bisa menemukan sudut pandang bahwa pernikahan menjadikan lelaki sosok pemimpin yang disayangi, bukan ditakuti. Sementara bagi perempuan yang turut mencari pengetahuan ringan di dalamnya, semoga makin mengokohkan niat untuk jadi istri dan ibu dalam pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah. 

Komentar

  1. Jadi pengen baca juga nih mbak hehe :D

    BalasHapus
  2. ah setuju banget. sekarang kalau ada teman yang galau karena belum ketemu jodoh aku nggak bakal ngomporin biar segera nyari jodoh karena sebenarnya pernikahan itu nggak semudah yang dibayangkan. heu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya. Kasian kalo emang belum siap tapi kena komporan.

      Hapus
  3. Aku juga lagi baca buku ini hehe, bagus banget emang nih bukunya.

    BalasHapus
  4. Terharu ya judulnya kalau kata ibuku sampai nanti sampai mati belajar terus pasangan itu.

    BalasHapus
  5. Ahh baca judulnya aku baper. Bahwa menikah adl sebenar benarnya perjuangan. Moga kita smua bisa melewati pwrjuangan itu dgn baik ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga langgeng mesra dan berjalan beriring menuju surga.

      Hapus
  6. Syukurlah buku ini bisa memberikan nuansa baru bagi teman single biar teman yang dah nikah gak rese

    BalasHapus
  7. pernikahan memang butuh keseriusan sih, harus bener-bener. nggak bisa sembarangan, toh ini untuk pasangan sehidup semati..

    BalasHapus
  8. Dulu.. Sebelum nikah, klo baca2 buku tentang nikah tuh suka baper.. Tapi sekarang lebih ke "ngaca diri" dan brdoa semoga bisa jadi istri yang baik sampai akhir seperti yang dijabarkan di buku2 pranikah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga kita bisa jadi istri solehah ya mba.

      Hapus
  9. Jadi mupeng nih 😍, pastilah banyak hal berupa kejutan yang manis 😊. Dan memang warna kertas dan pencahayaan jadi pengaruh juga untuk membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget nih soal warna kertas dan pencahayaan.

      Hapus
  10. Memang harus lebih banyak buku2 yang memberi info seputar pernikahan, kita jadi punya banyak masukan dlm mengarungi biduk rumahtangga

    BalasHapus
  11. Bener bngt pernikahan adalah permulaan perjalanan ya.. jadi mau baca buku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dicari mba. Semoga bisa jatuh cinta juga sama buku ini seperti saya.

      Hapus
  12. saya sudah 16 tahun nih nikah..sepertinya biar menguatkannya mesti baca buku seperti ini juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh. Semoga langgeng mesra dan seiring sejalan ke surga. Aamiin.

      Hapus
  13. Aku jadi teringqt dengan kata2 Tere Liye bahwa pernikahan itu bukan lomba. Setuju banget sih. Pernikahan bukan siapa yang duluan dan siapa yang belakangan, soalnya setiap orang diberikan jodoh dalam waktu berbeda-beda dan pernikahan adalah soal kemantapan hati dan perjuangan.

    BalasHapus
  14. Suka dengan kamut dalam bukunya. Ada benarnya juga, soalnya dalam kehidupan pernikahan saya yang Desember nanti akan genap 10 tahun, ada banyak hal tak terduga selama mengarungi bahtera rumah tangga.
    Musuh cernama "cekcok yuk" bisa datang kapan saja, kadang juga berrasal dari sayanya karena hal sepele dan dipengaruhi siklus bulanan yang bikin labil.
    Bahasa Teh Acha ngalir dengan santai, jadi enak dibaca. :)
    Semoga saja bukunya laris manis di pasaran, setiap pernikahan ada dramanya. Nah, teman-teman lama saya juga kerap curhat soal drama mereka. Saya juga ada, kok. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi jadi malu. Terima kasih banyak sudah mampir Teh.

      Hapus
  15. Hakikatnya menikah itu mudah, namun apakah bisa menghadapi perjalanan pernikahan yg penuh tantangan?
    Miris kadang liat orang mencibir orang lain yg belum dipertemukan jodohnya, padahal segala sesuatu kan berproses, seperti hal nya menikah, butuh kematangan dan kesabaran dalam menjemput jodoh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huum. Miris rasanya hal sakral dan butuh proses dan perjuangan sepanjang hayat macam pernikahan ini, dijadikan lomba dan bahan nyinyir.

      Hapus
  16. Yg jelas kalau pacaran itu 90 persen kebohongan..banyak menutup hal2 yang buruk, karena takut outus hahaha....tp jd penasaran sama buku ini setuju banget dgn statmen menikah adalah perjuangan...

    BalasHapus
  17. setujuuu banget nget nget!! perjuangan sepanjang hayat hehe

    BalasHapus
  18. "Menikah adalah perjuangan" meskipun saya belum sampai pada tahap itu, namun saya setuju dengan hal itu.

    Dan alahkah indah dan bahagianya bila mendapat pasangan yang mau berjuang bersama-sama dengan konsep pernikahan yang sehat yaitu pernikahan yang orang-orangnya bisu, buta, dan tuli seperti yang Mba tulis ini. *Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Didoakan semoga dipertemukan dengan yang klop di waktu yang tepat ya mas. Aamiin.

      Hapus
  19. sepertinya bukunya bagus dibaca untuk para pasangan suami istri ya. Berumah tangga itu memang nggak akan pernah live happily ever after ya, tapi pasti selaluuuuu ada ujiannya.. Nanti mau cari bukunya di tokbuk ah, makasi infonya yaaaa

    BalasHapus
  20. Sekian tahun menikah pun kadang kita masih ada dibeberapa hal tertentu yang tak bisa pahami dari karakter pasangan...

    Jadi kalo niat nikah..bismillah jalani...

    Jangan kelamaan pacaran...dan kalo bisa lebih baik ta'aruf..

    BalasHapus

Posting Komentar