Tembe. Begitulah sebutan dari kain tenun Bima. Jenisnya beragam, mulai dari Tembe Nggoli yang biasa digunakan sehari-hari, hingga Tembe Songke yang penggunaannya lebih dikhususkan pada beberapa perayaan adat Mbojo.
Tetapi di tangan Yuyun Ahdiyanti, wastra tenun kebanggan Dou Mbojo ini jadi semakin istimewa. Tembe Nggoli misalnya, kain tenun yang biasa digunakan sebagai rimpu bagi kaum perempuan Mbojo, sebuah penutup kepala yang menyerupai jilbab tradisional, beralih jadi produk nan modern dan diminati khalayak ramai.
![]() |
sumber gambar : goodnewsfromindonesia.id |
Selayaknya ungkapan Kalembo Ade yang mengisyaratkan seluruh masyarakat Bima agar hidup dalam sikap tekun dan sabar, Yuyun Ahdiyanti menghimpun para penenun yang telah begitu lama mengikat warisan budaya leluhur. Memeluk sekujur Desa Ntobo kemudian menghidupkannya dalam UKM Dina yang ia dirikan.
Benang yang Menjadi Doa Bagi Para Perempuan di Dana Mbojo
Di bawah langit biru Bima yang berpendar lembut, benang warna-warni menari di tangan para perajin Tembe di Desa Ntobo. Suara klotak-klotak dari alat tenun berpadu dengan ketenangan desir anginnya, bak Dana Mbojo tengah berdzikir. Keindahan bentuk motif bunga maupun geometris dari benang katun yang dicelup pada pewarna alami muncul perlahan, mereka indah di atas bentangan kain tenun khas Bima itu.
Mungkin begitulah masa kecil yang dinikmati Yuyun Ahdiyanti, sehingga ketika dirinya mencapai usia dewasa, terbersit kekuatan tulus untuk mengenalkan tembe, tenun khas Bima, jiwa dari kampung halamannya, kepada dunia. Menghadirkan sebuah warisan wastra dari ujung timur Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.
Berjarak tak sampai satu jam perjalanan dari Pantai Amahami dengan Masjid Terapung sebagai ikon Kota Bima, Kampung Tenun Ntobo dengan UKM Dina yang digagas Yuyun Ahdiyanti berada. Sebuah perkampungan asri seluas 33,20 kilometer persegi itu dihuni oleh banyak sekali penentun kain tradisional Bima.
Puluhan tahun menekuni seni menenun ini, Desa Ntobo belum jua dikenal luas sebagai Kampung Tenun Bima, atau desa penghasil tembe. Yuyun kemudian memulai sebuah langkah kecil yang rupanya membuka pintu peluang tersebut.
Tembe Nggoli dengan motif sederhana, Tembe Songke dengan motif yang lebih rumit, juga beragam jenis kain tenun tembe lainnya, perlahan mendapat tatapan manis dari luar Bima. Beragam motif itulah yang diam-diam menggambarkan keyakinan Dou Mbojo. Jiwa yang Yuyun Ahdiyanti terbangkan ke angkasa melalui jagad maya.
Menurut cerita para tetua, penenun Bima di masa silam bukan hanya hadir sebagai perajin. Lebih dari itu, mereka menghadirkan simbol untuk memaknai keesaan Sang Maha Pencipta.
![]() |
sumber gambar : goodnewsfromindonesia.id |
Tak ada motif manusia maupun hewan dari bentukan cantik benang-benang berwarna indah dari tenun Bima. Pesona itu kuat memunculkan betapa Bima adalah tanah yang dipimpin oleh tangguhnya Kesultanan Bima yang menganut Islam sejak masa lampau
Ada empat motif kain tenun Bima yang tegas memaparkan simbol keesaan Sang Maha Pengasih nan Maha Penyayang tersebut. Mulai dari bunga aruna atau bunga nanas. Terdapat 99 buah sisik yang mengandung makna 99 sifat Allah SWT. Motif ini juga tampak pada bangunan Asi Bou, istana di sebelah timur Asi Mbojo.
Ada lagi motif Nggusu Tolu atau Pado Tolu. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai segitiga. Motif ini mengisyaratkan dari sudut lancipnya bahwa kekuasaan tertinggi hanyalah milih Allah SWT.
Kemudian ada pula motif Pado Waji atau jajar genjang, juga motif Nggusu Waru atau segi delapan. Kedua motif ini erat mengisyaratkan kepada ketaatan dan kepekaan selaku manusia. Baik sebagai insan sosial, juga sebagai seorang hamba dari Sang Pencipta Semesta.
Tak sampai di situ saja. Ada lagi motif bunga satako yang bermakna sekuntum bunga, lambang dari sebuah keutuhan keluarga. Lainnya ada bunga samobo, dan bunga kakando perlambang kehidupan yang dinamis dan penuh semangat.
Warna khas dari beragam pewarna alami hasil Bumi dari tanah Bima menyajikan makna yang tak kalah memukaunya. Merah bermakna keberanian, putih berarti kesucian, biru sebagai simbol keteguhan hati, kuning adalah kejayaan, hijau artinya kesuburan dan kemakmuran. Selanjutnya, warna ungu, merah jambu, dan hitam, melambangkan kesabaran dan ketabahan kaum perempuan.
Bila film tanah air berjudul Tanah Cita-Cita menghadirkan secuil tradisi kehidupan di Bima, maka Yuyun Ahdiyanti menunjukkan citra cantik Dana Mbojo lewat wastra. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, tenun Bima dari Yuyun Ahdiyanti ini mulai dilirik sejak unggahannya di platform media sosial.
Yuyun Ahdiyanti Si Penjaga Warisan Kain Tenun Bima
Kehadiran UKM Dina dari tangan Yuyun Ahdiyanti perlahan mengubah Ntobo menjadi Kampung Tenun Ntobo. Yuyun menyediakan akses modal mikro bagi para perajin tenun di sana.
Tercatat sekitar 200 penenun serta 15 penjahit yang telah merasakan manfaatnya. Yuyun melakukannya bukan semata untuk memperluas usaha saja, melainkan juga demi menjaga kualitas dan keberlangsungan tenun khas Mbojo ini tetap hidup dan berlanjut dari generasi ke generasi.
Langkah lainnya pun diperjuangkan oleh Yuyun. Galeri berukuran 2 x 6 meter bernuansa modern dihadirkan Yuyun di samping rumahnya. Galeri tersebut kemudian menjadi wajah baru bagi UKM Dina. Sebuah tanda doa kalau dari tempat yang sederhana saja bisa lahir karya indah dan mengesankan dunia.
![]() |
sumber gambar : goodnewsfromindonesia.id |
Di antara kesibukan hariannya selaku seorang ibu, Yuyun Ahdiyanti tetap teguh menepati janjinya sendiri pada tanah kelahirannya. Ia memberdayakan masyarakat lewat workshop menenun yang bisa diikuti anak-anak muda yang datang. Ditambah lagi dengan beragam kolaborasi dengan akademisi untuk mengembangkan pewarna alami yang ramah lingkungan sekaligus membantu percepatan produksi tembe si kain tenun Bima di UKM Dina.
Di galeri itu pula, Yuyun menjual kain tenun, produk kriya bernilai estetika, hingga pakaian jadi dengan beragam model. Tempat di mana Yuyun menunjukkan kecintaannya akan tenun Bima yang ia kenali sejak masih begitu muda belia.
Kampung Tenun Ntobo Dikenal Luas Lewat Upaya Teguh Seorang Yuyun Ahdiyanti
Sebuah bentuk apresiasi dan penghargaan dari beragam pihak akhirnya Yuyun terima. Salah satunya melalui Apresiasi SATU Indonesia Awards dari ASTRA di tahun 2024.
Kegiatannya yang diberi judul "Pengembangan Tenun Bima dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Kreatif untuk Mendukung Pariwisata Kota Bima" membawanya sampai ke titik hidup Yuyun Ahdiyanti yang sekarang. Sebagai putri dari daerah Bima, Nusa Tenggara Barat, tembe di tangannya berubah menjadi cinderamata bermakna.
![]() |
sumber gambar : goodnewsfromindonesia.id |
Kisah Yuyun Ahdiyanti pada akhirnya merupakan cerminan dari ketangguhan dan semangat kuat seorang wirausaha sosial. Ia menghadapi tantangan jaman bagi tembe si kain tenun Bima, lalu mengubahnya jadi peluang untuknya mengabdikan diri pada Dana Mbojo tercintanya. Yuyun bukan hanya ingin menjual kain tenun Bima, melainkan memberdayakan para perempuan di desanya.
Lewat UKM Dina, Yuyun berupaya menghidupkan kembali denyut ekonomi dan identitas Ntobo selaku Kampung Tenun Bima. Ia bukan hanya sekadar pengusaha, melainkan juga seorang fasilitator, mentor, juga teman seperjuangan kaumnya.
Sebelum kemunculan UKM Dina yang diinisiasi oleh Yuyun, banyak penenun tembe di desa Ntobo yang jauh dari akses pasar yang layak. Tembe buatan mereka dihargai seadanya oleh tengkulak. Walhasil, keuntungan mereka sulit disebut dengan kata sepadan.
Yuyun Ahdiyanti mengubah hal yang hampir saja dianggap sebagai nasib bagi perajin tembe alias kain tenun Bima ini. Di media sosial dan platform digital, ia dokumentasikan setiap proses pembuatan kain tenun Bima, mulai dari penyiapan benang hingga tenunan yang selesai.
Yuyun menunjukkan betapa setiap garis dan motif dari tembe berkisah tentang kehidupan luhur masyarakat Mbojo. Kemudian ia memberikan nilai lebih pada setiap helai kain yang ditenun. Memberi pesan kalau tembe yang hadir sejak Kesultanan Bima tak hanya mengulurkan makna yang dititipkan para pendahulu, tetapi juga menyentuh hati generasi masa saat ini.
Kini, tenun Bima atau tembe atau tenun Mbojo ini bukan lagi sekadar kain untuk kebutuhan masyarakat Bima saja, tetapi jadi sebuah karya seni yang menghadirkan cerita serta berdaya jual tinggi. Keindahan dari sisi Nusa Tenggara Barat telah Yuyun Ahdiyanti hadirkan bagi khalayak dunia sebagai cinderamata cantik dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Komentar
Posting Komentar