pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Anime Taisho Otome Otogibanashi membawa saya untuk memahami, betapa kasih sayang dan ketulusan, termasuk sebuah perhatian sederhana, bisa menyembuhkan luka batin yang berdarah dan menganga lama. Pun keberanian untuk mengasihi begini, nggak bisa ditukar dengan uang.
Dalam tiga menit pertama, Ka Acha sudah dibuat jatuh cinta dengan alur kisah dalam anime yang diangkat dari manga berjudul sama, dan ditulis oleh Kirioka Sana. Dimana anime ini pun sering disebut dengan judul lain, Taisho Maiden Fairy Tale.
Pesimis.
Itulah kata pertama dan menjadi scene pembuka untuk mengenalkan tokoh Tamahiko Shima yang punya
kehidupan kelam nan depresif. Ia lahir dalam keluarga Shima yang kaya,
terpandang pula di era Taisho. Sayangnya, ia tumbuh tanpa bisa mencicipi
rasanya dikasihi, disayangi secara utuh orang keluarganya sendiri.
Hingga sebuah kecelakaan mobil menimpanya. Ia yang sedang
bersama ibunya kala peristiwa nahas itu terjadi, harus mendapati tangan
kanannya lumpuh, di usianya yang baru menginjak 17 tahun. Di samping kenyataan
pahit bahwa sang ibu, Touko Shima, meninggal.
Selanjutnya, tentu saja ia diasingkan oleh keluarganya
sendiri. Semua saudaranya, mulai dari kakaknya, Tamaki dan Tamayo, juga kedua
adiknya, Tamao dan Tamako, menyalahkan dirinya atas kepergian ibu mereka. Di
sisi lain, ayahnya, tuan Tamayoshi Shima, bahkan memilih menganggapnya
meninggal dan mengasingkannya ke vila milik keluarga mereka di Chiba.
“Kalau tangan kananmu sudah tak berfungsi lagi, artinya kau
sudah tak dibutuhkan di keluarga Shima. Enyahlah dari hadapanku.” Begitulah
yang Tamayoshi Shima selaku ayahnya katakan, ketika keadaan Tamahiko mulai
membaik.
Sakit? Ya … begitulah hal pertama yang terlintas dalam benak
Ka Acha sebagai penonton. Bukan sepenuhnya Tamahiko yang sakit secara fisik dan
mental, tapi ayahnya lebih kurang sehat lagi pikirannya. Apa karena ia begitu
tamak dengan harta dan menjaga nama baik keluarga sebagai keluarga kaya nan
terpandang, sampai tega membuang anaknya dengan gampang?
Apa yang bisa Tamahiko lakukan dengan benar setelah tangan kanannya lumpuh lalu dibuang oleh keluarganya? |
Sampai pada suatu malam bersalju, seorang gadis datang,
mengetuk pintu rumah yang ditinggali Tamahiko sendirian. Gadis itu tentu saja
bagian termanis dalam kisah ini, si pembawa badai mmusim semi, Yuzuki
Tachibana. Tubuhnya yang mungil, di usianya yang baru 14 tahun, harus
menanggung kenyataan, bahwa ia dibeli oleh keluarga Shima untuk menjadi
pengantin bagi Tamahiko, mengurusinya setiap hari.
Yuzuki bukanlah benar-benar dari keluarga sulit, tetapi
cukup sederhana. Terasa sekali kalau keluarga Yuzuki ini terpelajar. Apalagi
Yuzuki sempat menjalani masa bersekolah di sekolah puteri, sekolah bernuansa
liberal di masa Taisho. Hanya saja, pamannya yang berutang pada keluarga Shima,
membawa kesulitan bagi seluruh keluarga Tachibana, dan demi membayar utang
10,000 yen, ia mau dibeli oleh tuan Tamayoshi.
Yuzu – mari kita sebut Yuzuki selanjutnya dengan nama ini –
pelan-pelan membawa perubahan pada hidup Tamahiko. Bukan serta-merta ia lekas
berbuat baik dan penuh perhatian pada Tamahiko sebenarnya. Tamahiko, tanpa
disadari, memberi kontribusi besar hingga Yuzu berjuang untuk menjaga Tamahiko
sebaik-baiknya.
Kedatangannya di kala salju sedang turun lebat. Perjalanan
sejauh 3 kilometer yang membuatnya kedinginan. Disambut dengan cukup baik oleh
Tamahiko yang lekas memintanya melepas mantel tipisnya, lalu memakaikan mantel
yang ia kenakan, pada tubuh mungil Yuzu. Di sinilah kunci utama dari
ketangguhan Yuzu untuk bertahan tetap bersikap tulus menyayangi Tamahiko.
Tapi, apa iya, depresi dari Tamahiko bisa diatasi
bersama-sama dengan Yuzu? Apa mereka akhirnya akan benar-benar menikah, ketika
nantinya Yuzu berusia 15 tahun, sebagai standar usia menikah di Jepang kala
itu?
Bagaimana dengan keluarga Shima, apa benar-benar mencoret
nama Tamahiko dalam kartu keluarga? Lalu, selepas itu, bagaimana nantinya
Tamahiko bisa berjuang untuk bertahan hidup bersama dengan Yuzu, sementara
sekolahnya belum selesai, dan ia sebenarnya nggak punya pekerjaan –
beraktivitas harian saja sulit, selain hal-hal ringan?
Lalu, apakah Yuzu benar-benar bisa membuat Tamahiko jatuh
cinta padanya? Apa Yuzu bisa membantu Tamahiko memperbaiki hubungan dengan
keluarganya, atau malah membiarkan semuanya berjalan tanpa perubahan? Apalagi
kan, Yuzu pun secara nggak langsung seperti dibuang juga sama keluarganya,
karena ia dijual dan dipaksa menikahi bocchan,
tuan muda, Tamahiko Shima.
Sebelum kamu bertanya di kolom komentar, dimana saya menyaksikan
anime bergenre komedi romantis dan slice
of life yang naskahnya ditulis oleh Hiroko Fukuda ini, maka ijinkan Ka Acha
menjawab duluan ya. Kamu bisa menyaksikan 12 episode lengkap dengan terjemahan
Bahasa Indonesia melalui channel Muse
Indonesia di Youtube.
Tenang saja, kamu menonton secara legal kok walau hanya kamu
bayar dengan kuota yang kamu miliki. Muse Indonesia yang berada di bawah
naungan Muse Communication, mendistribusikan berbagai anime legal dari Jepang
ke berbegai negara di Asia Tenggara. Jadi, kalau main ke channel Muse Indonesia, banyak sekali anime legal terbaru yang bisa
kamu saksikan di sana.
Sayangnya, saya yang suatu ketika pernah kangen sekali untuk
menonton ulang anime Golden Time, ternyata nggak menemukannya
di channel ini. Mungkin memang
berbatas waktu ya penayangannya. Kalau sudah terlalu lama, bisa jadi nggak
dimunculkan lagi.
Selanjutnya, mari kita kulik dulu, mengapa anime yang
menghadirkan karakter Tamahiko Shima yang suaranya diisi oleh Yusuke Kobayashi,
dan Yuzuki Tachibana yang suaranya dimainkan oleh Saya Aizawa ini, diberi judul
Taisho Otome Fairy Tale. Penasaran nggak sih?
Tentu saja sebab latar waktu dari anime yang diadaptasi dari
manga karya Sana Kirioka dan diterbitkan oleh imprint Jump Comics+ milik Shueisha
ini, berada di era Taisho. Masa sepanjang tahun 1912 – 1926 di kala
pemerintahan kaisar Yoshihito, peralihan dari era Meiji. Memang sih, awal
kisahnya ya nggak dari tahun 1912 banget, tapi dari akhir tahun 1920-an.
Di masa ini, Jepang sedang menuju ke masa modern. Di mana
sedang masa-masa hype-nya perkembangan
budaya liberal, dan menjadikan Jepang berada dalam masa demokrasi Taisho. Saya
jadi teringat akan sejarah dari kisah di distrik Jiyugaoka yang berada di
Tokyo, distrik yang dikenal juga sebagai the
little Europe of Tokyo. Ada lho scene
dimana Tamahiko dan Yuzu jalan berdua ke Tokyo dan seperti ada di distrik ini.
Bukan hanya itu saja. Kisahnya walau bermain-main di genre slice of life, tapi termasuk lengkap
buat saya. Setiap karakter pelengkap cerita, dimunculkan satu per satu dalam
keseharian Tamahiko dan Yuzu yang bikin wajah saya kalau nggak bersemu merah
malu ya tertawa geli.
Siapa yang nggak tenang dan nyaman kalau diperlakukan begini? Merasa disayangi begini? |
Banyak pula kejutan-kejutan yang bikin saya nggak bisa
berhenti menonton. Bahkan, sebelum menulis ulasan ini, saya kembali mengulang
beberapa episodenya, saking saya sukanya. Saya selalu berbunga-bunga dan gemas
sendiri setiap membayangkan kelakuan tokoh Tamahiko lho. Duh, ini kalau jadi live action, semoga pemerannya beneran
ganteng. Umm, Kentaro Ito misalnya. E tapi yang lain juga nggak apa.
Saya paling terkesan dengan berbagai perlakuan sederhana
yang diberikan Yuzu kepada Tamahiko, sampai dia memosisikan dirinya di hati
Tamahiko sebagai orang yang paling bisa menjaga mood baik untuk Tamahiko yang menjalani
kehidupan dalam pengasingan. Itu beneran nggak mudah.
Ada pula sisipan sejarah tentang bencana gempa Kanto yang
dimunculkan dalam anime karya dari studio SynergySP. Bagian yang bisa membuat
penonton macam Ka Acha auto mencelos
patah hati dan nggak tenang jiwa. Mau nangis. Eh, udah nangis sih, beneran
sampai mewek di bagian itu. So,
kisahnya nggak manis terus kok. Kaya dan penuh rasa banget plotnya.
Ah ya, ada kejutan dari anime Taisho Maiden Fairy Tale yang
nggak pernah saya lupakan dan berhasil memikat saya sejak tiga menit pertama.
Lagu-lagu dalam jalinan kisahnya.
Kalau kamu berkesempatan menonton episode pertamanya, kamu
akan ternganga karena lagu yang dinyanyikan oleh Yuzuki di bawah hujan salju saat
menuju rumah Tamahiko, dan lagu itu adalah lagu kebangsaan tanah air kita, Ibu
Pertiwi judulnya. Kamu tahu lagunya kan? Tapi, berbahasa Jepang dan makna
lagunya beda banget lho.
Bagaimana lah Ka Acha nggak tercengang waktu mendengar lagu
Hoshi no Yo yang ternyata sudah jadi lagu wajib di sekolah-sekolah pada masa
Taisho ini, kalau bukan karena melodinya yang beneran mirip sama lagu Ibu
Pertiwi.
Kenyataan mengejutkannya, lagu Hoshi no Yo lebih dulu diadaptasi
dari lagu gereja Katolik berjudul What A Friend We Have In Jesus yang muncul
pada 1868. Diadaptasi ke lagu Hoshi no Yo di Jepang pada 1910 dan liriknya
ditulis oleh Daisui Sugitani, lalu dinyanyikan di banyak sekolah menengah
pertama di sana. Nah lho.
Terus, baru diadaptasi menjadi salah satu lagu kebangsaan
Indonesia nih musiknya pada 1958 dengan lirik yang ditulis oleh Kamsidi
Samsuddin. Sebelumnya sih – katanya lho ini tapi – sering dinyanyikan juga
diberbagai gereja Protestan maupun Katolik Indonesia dengan lirik yang
berbeda-beda. Mohon koreksi dari teman-teman kristiani dan nasrani ya, sebab Ka
Acha nggak paham banyak.
Bukan hanya itu saja. Ada empat buah lagu lainnya yang nyaman
sekali didengar, yaitu Tsukiyo no Kotori dan Koi no Uta yang dinyanyikan oleh
Ayasa Ito, juga Magokoro ni Kanade yang dibawakan Sunichi Toki, serta Otomeno
Kokoroe dari GARINDELIA.
its not a kiss scene ya ... ini periksa demamnya Tamahiko. But than, Ka Acha baper berkepanjangan |
Semua lagunya sukses membawa saya ikutan tenggelam dalam
kisah cinta penuh manis dan lucu dari Yuzuki dan Tamahiko. Mewarnai perjalanan
Tamahiko untuk kembali menemukan harapan hidupnya, juga membawanya berjuang
untuk bisa menjadi lelaki yang nggak pesimis lagi, walau cacat di tangan
kanannya nggak mungkin disembuhkan.
Selanjutnya, sebagai penonton baper, saya berharap akan ada
anime lanjutan dari anime ini. Mungkin nantinya judulnya nggak akan pakai kata
taisho lagi, karena setelah tahun 1926 kan, Jepang berubah era lagi. Dari seri
manga-nya sih, judul lanjutannya itu Shōwa Otome Otogibanashi. Soalnya kan sisi
kelam keluarga Shima belum sepenuhnya dibuka lebar di seri Taisho Otome
Otogibanashi nih.
Kalau kamu baca-baca di dunia maya sih, banyak yang sudah
tebar-tebar spoiler dari kehidupan
lanjutan Tamahiko dan Yuzuki ini. Tapi, akan selalu ada beda antara media
kreatif cetak dalam hal ini manga, dengan versi visual yaitu anime. Kalau pun nantinya
ada live action, ya nggak akan plek-ketiplek sama juga kan. Akan ada gregetnya
masing-masing.
Bagaimana, kamu tergoda untuk menonton anime Taisho Otome
Otogibanashi juga?
Wih anime lovers pasti nonton ini, hehe sejak dulu aku juga suka nonton anime yang udah gak tayang lagi. Tapi udah banyak anime yang gak kalah seru sekarang, ya, penggemar one piece perlu nonton yang lain dulu nih apalagi kalau ringan-ringan kayak ini.
BalasHapusIya yuk Mba pindah haluan sebentar lirik lirik karya lainnya dari para animator.
HapusDah lama nggak nonton anime. Dalam benakku anime memiliki banyak kesan negatif wkwkwk. Ternyata ada yang bagus juga yak. Emang dimana mana kalau mau nyari film ya kudu teliti hihu makasih kak share-nya
BalasHapusSama-sama.
HapusAnime itu sama dari jenis tontonan lainnya, nggak selalu pas untuk anak-anak. Sisi positif dan negatif pun selalu ada dalam hal apapun itu.
Pas membaca ringkasan ceritanya, saya langsung tertarik dan bertanya-tanya bisa nonton di mana ya, Mbak? dan di bagian tulisan selanjutnya sudah dijelaskan. Asyik.. segera meluncur, Mbak. Bisa saya pelajari untuk proses menulis cerita saya nanti. Pastinya penasaran juga dengan akhir ceritanya. Intinya, kasih sayang memang bisa membuat orang-orang bahagia.
BalasHapusSilakan Mas. Selamat menonton.
Hapuswah ada anime yang seru nih, alur ceritanya juga unik. Saya juga pengen nonton. Apalagi sudah ada spoiler tentang soundtracknya. Makin bikin penasaran
BalasHapusSilakan Mba.
HapusKayaknya kalau nonton ini, perasaan jadi campur aduk deh, sebel banget sama keluarga Tamahiko, dan sedih sama keadaannya
BalasHapusNah, nyebelin banget sampai aku pun, kenapa kehormatan keluarga dan harga lebih tinggi statusnya daripada pertalian darah sebagai anggota keluarga.
HapusReviewnya panjang dan lengkap, deh!
BalasHapusSedih aja membayangkan menjadi Tamahiko.
Jadi penasaran, nanti di akhir cerita ayah dan saudara-saudaranya berbalik menyayangi Tamahiko apa enggak, ya?
Kayaknya kalau pertanyaannya begini, lebih baik coba ditonton deh.
HapusUdah lama bangetttt nggak nonton anime. Jujur kangen berat, tapi apa daya emak2 kurang waktu terusss.
BalasHapusPrioritaskan dulu memang Mba, sebab jadi emak emak sesungguhnya nggak akan menghalangi banyak pilihan sebagai individu kok.
HapusAwalnya saya kira Tamahiko itu perempuan. Ternyata setelah diceritakan tokoh Yuzu, Hem... Baru tahu ternyata laki laki ya.
BalasHapusDan jadi penasaran banget akhir dari kehidupan bersama mereka bagaimana...
Hihihi nama orang Jepang kadang bikin bingung si doi ini gendernya apa buat orang Indonesia seperti kita ya Teh.
Hapusaduh kayanya udah lama bgt ga nonton anime jepang,dulu terakhir waktu kecil/remaja kali ya sekarang malah ga sempat. mungkin nyarinya yg bisaditonton sama anak kalo sekarang.jadi penasaran dh channel Muse di youtube.ccoba ah cari anime yg lain. makasih infonyakak
BalasHapusSilakan Mba. Kalau bareng sama anak, cari yang bisa untuk emua umur saja.
HapusWae, syahdu gini ceritanya ya kak. Aku kepo berat langsung kucari deh. Duh, sumpah bikin baper
BalasHapusYa ampun baper baca reviewnya doang kwkw...meski pas baca usia agak gimana, 14 dan 17 tahun huhuhu tapi setelah tahu settingnya tahun berapa jadi bisa terima, secara di Indonesia tahun segitu pun menikah usia segitu. Aku suka baca detil review-nya, Kak Acha beneran mewakili cerita animenya...kaj jadi pengin nonton juga akunya..
BalasHapusTerima kasih banyak Mba Dian.
HapusHihihi iya, kalau nggak eungeuh latarnya di jaman Taisho tuh bisa langsung kepikiran "waduuu udah pernikahan dini aja" gitu ya Mba. Tapi jaman dulu memang sepertinya menikah di usia remaja itu biasa.
Yang saya tahu anime itu sekedar one piece saja, tapi setelah baca review Taisho Otome Otogibanashi ini jadi tertarik dengan alurnya yang bagus. Penasaran dengan ending Tamahiko dan Yuzuki
BalasHapusBanyak sebenarnya anime itu. Sama seperti tontonan baik film maupun serial saja pada umumnya.
HapusSaya jadi menemukan tempat menonton anime yang legal berkat tulisan kak Acha ini.
BalasHapusMembaca artikel ini saya juga penasaran dengan akhir kisahnya, biar ngelihat yang bikin2 baper sambil senyum2 itu.
Silakan dikulik channelnya ya.
HapusAlurnya menyedihkan yaa kak, endingnya sad atau happy tuh kak?
BalasHapusPengen nonton anime lagi jadinya
Wih ada di Muse Indonesia. Bisa nih nanti masuk wishlistku. Soalnya, beberapa hari ini belum ada nonton anime lagi. Masih full dengan kesibukan
BalasHapusHayoookkk Mas Zen banyak yang baru lho di sana.
Hapussaya jarang banget nonton anime, tapi suka ngobrol sama keponakan yang suka nontonin anime, baca narasinya kayak begini jadi penasaran
BalasHapusAnime itu yang daku suka selain jalan ceritanya, ekspresinya dan soundtrack nya juga.
BalasHapusUdah lama juga gak nonton anime. Tapi baca artikelnya kak Acha ini bisa jadi rekomen manis
Jadi pengen nonton anime nih.
BalasHapusYa iyalah pasti luka Tomohiko bakal susah disembubkan setelah dibuang keluarganya. Untung ada Yuzu. Penasaran juga endingnya. Etapi lebih penasaran soundtrack Ibu Pertiwi di eps awal nih.
Jadi penasaran hehehe. Aku suka nih anime yang slice of life. Apalagi yang gemes gemes ringan. Jangan yang terlalu berat dan sedih huhuhu
BalasHapusHarus nyiapin tisu nih kalo nonton. Soalnya bakal adegan sedih terus di sepanjang filmnya tuh. Herannya kok keluaga ga merawat sih. Malah diasingkan. Tp ada juga sih keluarga yg kyk gt. Ga mau jadi aib keluarga.
BalasHapusNggak kok. Anime ini plotnya kaya makanya permainan emosi penontonnya tuh nggak sendu terus gitu. Malah banyak ketawa serunya.
HapusKsyaknya srru 😍
BalasHapusPas tahu kalau cerita anime ini ambil latar era Taisho, tertarik euy. Nggak terlalu banyak juga yah, 12 eps, langsung meluncur ke Youtube deh. Soalnya beberapa waktu ini ngikutin anime on going mulu
BalasHapusWah, Kak Arai betah sama yang on going. Aku nggak akan sanggup.
Hapuspenasaran sih pengen baca selengkapnya, kasih spoiler dong kak acha, ini bakalan harus siapin tisyu gak nih endingnya or bakalan happily ever after ya?
BalasHapusAsiik~
BalasHapusAku suka juga nonton Anime.
Terakhir aku nonton di NF juga berhasil bikin baper. Huhuu...mereka ini manis banget...
Pengen cobain juga anime Taisho Otome Otogibanashi.
Tiga menit pertama membaca buku atau menonton film, biasanya menentukan banget mau lanjut baca/nonton atau nggak.
BalasHapusKalau udah jatuh cinta pada 3 menit pertama, udah deh, bakalan lanjut.
Lagu ibu pertiwi itu kayaknya memang adaptasi dari lagu gereja de kak.
BalasHapusDulu saya pernah nonton film Oshin di TVRI, ada scene yang menyanyikan lagi itu juga.
Btw, saya penasaran sama ending anime ini.
Di Muse Indonesia ya...
Catat..
Iya Kak. Katanya memang lagu gereja dan aku akhirnya baru tahu setelah nonton anime taisho otome fairy tale ini. Jadinya ngulik sejarah lagunya biar aku nggak penasaran.
HapusWeiysss tajem banget nih “Kalau tangan kananmu sudah tak berfungsi lagi, artinya kau sudah tak dibutuhkan di keluarga Shima.”
BalasHapusAku juga suka nonton amine. Tapi udah sebulanan ini belum nonton lagi haha
Ceritanya hampir mirip kayak beauty and the beast ya Kak Acha. Tapi penasaran nih pengen nonton, untung di Youtube ada. Aku sudah lama bgt gg pernah nonton anime.
BalasHapusHuummm, tapi nggak mirip beast banget sih soalnya si garis mukanya Tomohiko cenderung ganteng.
Hapusgara-gara nonton demon slayer, aku jadi nyari anime yg pakaiannya menggunakan kimono kayak anime ini
BalasHapusAyo ayo Mas Wahyu, kulik anime lain yang pakai pakaian tradsional di Muse Indonesia, Mas. Banyak kok.
Hapus