Buku Drama Mama Papa Muda : Menikmati Kisah Cinta Mas Topan dan Mba Pungky Yang Ala Kadarnya
Sebenarnya sudah lama sekali saya membaca buku ini. Senang
karena saya mendapatkannya setelah mengikuti giveaway yang diadakan oleh
penerbit Laksana kala itu. Tertarik banget, karena yang dibahas di dalam buku
ini adalah, betapa pernikahan nggak seindah yang orang-orang di luarnya
bayangkan. Melainkan, butuh perjuangan yang ampun-ampunan dari dua orang yang
sudah berkomitmen untuk melangkah bersama, berdoa dan berjuang agar tetap bisa
saling membersamai sepanjang jatah usia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
![]() |
Drama Mama Papa Muda - Penerbit Laksana |
Maka, sini, mari duduk di samping Ka Acha. Akan saya
ceritakan, sedikit banyak pengalaman membaca yang saya nikmati di setiap lembar
halaman buku ini.
Informasi Buku
Judul :
Drama Mama Papa Muda (Kisah-Kisah Renyah Penuh Tawa dan Air Mata)
Penulis :
Topan Pramukti dan Pungky Prayitno
Penerbit :
Laksana
Cetakan :
Pertama 2018
Tebal :
232 halaman
ISBN :
978 – 602 – 407 – 319 – 0
Blurb
“Kami berdua, melewati hari-hari paling sulit ; keuangan
keluarga carut marut, bayi kami merindukan ibunya, pekerjaan yang menumpuk, dan
istri yang terus hidup di kolong kasur sambil menangis menggerung-gerung.”
***
Hidup itu penuh warna, begitu juga dengan kehidupan rumah
tangga, apalagi bagi pasangan yang pertama kali menjadi orangtua. Selalu ada
drama yang mewarnai, seperti yang dikisahkan oleh Pungky dan Topan dalam buku
ini.
Mulai drama postpartum depression yang begitu mengerikan,
hujatan di dunia maya, pola pengasuhan anak, perdebatan tentang sekolah untuk
anak, hingga mengajari anak berbagi, semua diceritakan mengalir tanpa kesan
menggurui. Membaca buku ini, emosi Anda diajak terlibat, membuat Anda tertawa
di satu bagian, lalu termenung, berpikir, dan bahkan terharu di bagian lain.
Selamat membaca!
Pengalaman Membaca Ka Acha
Saya dapat pengalaman menyenangkan tersendiri sepanjang
membaca buku ini. Seolah saya sedang menikmati dongeng ceplas ceplos ala Pungky
Prayitno, dan tentunya Topan Parmukti,
dimana sesungguhnya buku ini didedikasikan untuk anak mereka, Sujiwo
Arkadievich. Sementara para pembaca seperti saya? Jadi teman yang duduk di
antara ketiganya, untuk mendengarkan begitu banyak cerita ala Mama Papa Muda.
Apakah saya kemudian jatuh cinta pada buku ini? Nggak juga.
Tapi bagi saya, buku ini layak dibaca untuk kamu -- atau temanmu – yang baper
ingin buru-buru menikah, merasa patah hati karena hidup menjomlo terlalu lama,
atau yang baru menikah seperti saya dan partner. Sebab banyak sekali pengalaman
yang dikisahkah Mas Topan dan Mba Pungky yang membuat saya berkeinginan –
terutama kalau ketemu Mba Pungky – maunya minta peluk dan berterima kasih atas
tulisan pengalamannya di buku ini.
Seorang Topan Pramukti, mengibaratkan pernikahan dan rumah
tangga yang dijaganya bersama Pungky Prayitno, layaknya seperti mobil klasik
yang indah namun sayangnya, ringkih. Dibangun dengan cara yang ala kadarnya
dengan metode yang terkesan coba-coba. Mas Topan selaku tokoh nyata Bapak dalam
buku ini, mencurahkan begitu banyak cerita yang dia alami selama hampir 5 tahun
pernikahan, hingga menemukan sebuah intisari.
Sebaliknya, si tokoh nyata Ibu dalam buku Drama Mama Papa
Muda -- Pungky Prayitno, sebelumnya menolak dan mengamit-amiti impian
teman-temannya yang ingin menikah muda. Ya, menikah di bawah usia 25 tahun itu,
seperti menyia-nyiakan masa merekah yang cerah nan gemilang, lalu menggadaikan
hidup dengan sebuah sangkar emas yang bernama pernikahan. Kenyataannya, si ibu
ini harus menjilat sendiri ludahnya, setelah menerima ajakan Mas Topan untuk
membina rumah tangga ala kadarnya, dengan resepsi yang hanya makan makan untuk
keluarga dan teman dekat saja.
Pernikahan memang nggak selalu mudah dan indah seperti yang
dikisahkan di dongeng putri-pangeran ya. Pernikahan juga bukan sesuatu yang
“layak” dijadikan bahan basa-basi dengan pertanyaan sepele namun menyakiti
hati, “Hey, kapan nikah?”. Sebab sejatinya pernikahan memang merupakan
rangkaian bahagia dan derita yang – pasti ada waktunya sendiri. Setiap orang
akan menemukan waktu yang tepat, kesiapan, dan lain sebagainya, dalam fase
kehidupan yang dijalani, tanpa perlu diceletuki dengan pertanyaan basa basi
yang bikin keki.
Menjadi seorang Ibu di usia yang bisa dibilang cukup muda
walaupun sudah bukan remaja lagi, bagi Mba Pungky, bukan hanya membawa serta
kebahagiaan, namun juga tantangan. Mba Pungky, membuka mata banyak perempuan –
termasuk saya -- tentang ancaman Post Partume Depression. Depresi yang datang
seusai Baby Blues, namun begitu membuat pusing, dan cenderung membawa petaka --
dianggap sebagai Ibu yang sudah gila.
Buku ini memang pada akhirnya tidak terlalu mengenalkan pada
saya, lebih jauh lagi mengenai Post Partume Depression – kecuali apa yang Mba
Pungky rasakan dan lakukan, tapi ada lebih banyak hal sepele lainnya yang
sebenarnya begitu berharga, untuk dimiliki
seorang istri dan Ibu, dari sudut pandang Mba Pungky. Betapa seorang
Bapak tak boleh terlena dan lupa, kalau selama mengurusi anak, Ibu sebaiknya
jangan dibiarkan merasa sendirian, bahkan … bahaya sekali kalau si Ibu sudah
sampai di titik, merasa kalau impiannya secara personal pun “direnggut paksa”
sebab posisinya telah berubah menjadi seorang istri dan Ibu.
Dalam buku ini saya menemukan semangat baru, bahwa
bagaimanapun juga, para Bapak perlu tahu kondisi setiap tim dalam “rumah
tangga”-nya. Sementara si Ibu, seperti halnya Mba Pungky, dituntut oleh dirinya
untuk memperjuangkan kewarasan dan kebebasannya, hanya agar dia bisa cukup
merasa bahagia, sehingga tak berimbas pada Jiwo, putra mereka.
Di bagian lain dari buku ini, Mas Topan benar-benar banyak
mendobrak pemikiran sesederhana “Kapan anak harus sekolah?”, “Sekolah seperti
apa yang layak bagi anak saya?”, termasuk, sosok seperti apa yang sebenarnya
perlu para Bapak posisikan, selaku kepala keluarga. Mas Topan berkisah bahwa
Bapak bukan hanya bertugas mencari pendapatan untuk keberlangsungan hidup
keluarga, namun punya hak merasakan rasanya menggendong anak, menyuapinya,
mengganti popoknya, memandikannya, mengurusi anak sepanjang hari, tanpa perlu
mendapat cibiran “tetangga” bagi dirinya, seolah si Ibu sebegitu malas dan
egois sampai meninggalkan Bapak dan anak hanya berdua saja di rumah.
Saya berterima kasih pada Mas Topan, dan berdoa agar banyak
lelaki muda yang merupakan calon suami atau sudah sah menjadi suami, turut pula
membaca buku ini. Sebab lelaki sejati, bukan yang menikahi seorang anak gadis
milik orang lain, lalu mengurungnya dalam ikatan yang membuatnya terjebak dan
kehilangan banyak impian. Lelaki yang akan menjadi suami ini, sebaiknya
belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani
istrinya mengejar impian yang dia punya, juga mengajarkan anak-anaknya untuk
pandai mengembangkan diri demi masa depannya nanti. Hey, banyak sekali
sebenarnya tugas sepanjang hayat seorang lelaki ya.
Saya termasuk ke dalam geng istri yang agak rewel sama suami
dalam urusan mengurus anak dan rumah kami. Jelaslah, sebab bagi saya, tugas
istri itu bukan dapur sumur kasur seperti ocehan generasi sebelum kami.
Melainkan, rumah yang dibeli bersama, diperjuangkan untuk melunasi utangnya
bersama, ya … sudah selayaknya diurus bersama, termasuk membersihkan dan
membuatnya nyaman, bersama-sama. Pun anak-anak yang … ehm, masa bikinnya
bareng-bareng tapi yang banyak dipusingkan oleh urusan semacam menyuapi, ganti
popok, main, memandikan, meninabobokan, hanya ibunya saja, sementara si Bapak
keukeuh kalau tugasnya hanya mencari nafkah untuk penghidupan anak dan
istrinya. Sungguh finansial yang coba diberi banyak tetapi masalah kebahagiaan
dalam rumah tangga yang terlupakan.
Baca juga : Pasutri Gaje Season 2 : Justru Tantangan Menjaga Komitmen Setelah Menikah Akan Semakin Menggila
Baca juga : Pasutri Gaje Season 2 : Justru Tantangan Menjaga Komitmen Setelah Menikah Akan Semakin Menggila
Pada akhirnya, buku ini saya anggap sebagai pembuka jalan
untuk membaca dan mencari tahu lebih banyak lagi mengenai ilmu pernikahan. Buku
ini membuat saya begitu haus untuk mencari tahu lebih banyak, termasuk mengenai
post partume depression.
Duh .Jadi pengin punya anak. :(
BalasHapusbuku ini real story dari Mba Pungky ya? penasaran mau baca selengkapnya, kata teman yang sudah baca juga buku ini bagus
BalasHapussetuju, mengelola rumah tangga itu harus bersama. jadi pengen baca bukunya
BalasHapusWah, makasih reviewnya, udah lama banget penasaran pengen baca buku ini, tapi belum kesampaian aja...
BalasHapusYa ampun saya keingetan ini buku. Keinget juga masa-masa ketemu Punky, dan Grace Melia, para ibu muda yang menurut saya sangat menginspirasi. Aduh buku ini entah dimana nih, abis baca saya lupa naruh, hahaha
BalasHapusWah menarik banget nih bukunya. Aku sebagai mamah muda ngerasa relate sama konflik-konfliknya
BalasHapusKok saya jadi penasaran sama bukunya ya. Pengen baca langsung, kayaknya bagus dan pastinya banyak pelajaran yang didapat nih.
BalasHapusBagus nih bukunya mbak. Suka dengan tulisan2 Pungky. Menginspirasi dan menghibur
BalasHapusBukunya sepertinya seru ya...
BalasHapusEmang kehidupan berumahtangga itu seperti roller coaster. Up n down
Duh udah sejak kapan hari deh kepengen baca buku ini. Sejak Punky posting tentang bukunya deh. Tahun lalu atau sebelomnya. Baca tulisan ini, jadi keingetan lagi deh. Itung-itung nostalgia saat baru jadi mama muda dulu :D
BalasHapusEmm, aku merasakan ini saat ribetnya punya anak masih kecil lalu hamil lagi dengan jarak usia anak pertama yang berdekatan.
BalasHapusTapi setelah anak-anak makin gede, aku makin slow dalam rumah tangga.
Alhamdulillah,
andaikan dulu punya ilmunya yaa...
**banyak baca buku itu sungguh bagus, karena bakalan dapet banyak energi dan insight baru dari sang penulis.
Penasaran sama isi bukunya. Walau saya ga nikah muda tapi bisa jadi referensi nih buat adek adek saya. Buat ngingetin menikah itu bukan sekadar karena i love u n i love u too. Karena setelah menikah ada hal lain yg lebih besar dihadapi selain kata kata cinta semata.
BalasHapusaku udah lama banget ngikutin Mbak Pungky, selalu suka tulisan tulisannya yang lugas dan berani. dari blog laama di sampee skrg hihi jadi penasaran sama buku ini
BalasHapusMenarik mb.. Bisa dibaca pasangan muda. Agar punya gambaran bagaimana rumitnya mempertahankan mahligai rumah tangga dengan segala dinamikanya..
BalasHapusBukunya kerenn aku jadi pengen beli mba, pengen banget denger cerita mba pinky dan suami tentang bagaimana berumah tangga
BalasHapusSaya setuju dengan bahwa tugas istri itu bukan hanya di dapur, sumur, kasur melainkan lebih dari itu seorang istri itu harus mengusai segala ilmu.
BalasHapusAku juga lagi baca buku ini. Sedikit cerita mirip dengan yang aku alami. Lumayan enak sih dibacanya.
BalasHapusKeren juga yaaaa buku ini. Cerita sederhana namun dikemas dengan apik menjadi penuh makna... mbak, aku jadi penasaran deh pengen baca juga bukunyaa.. masih bisa dibeli gak yaaa
BalasHapusWah, sempat menghindar dari pertemuan keluarga untuk menghindari pertanyaan, kapan nikah?
BalasHapuswah mba pungky buat buku?
BalasHapuspadahal aku followersnya, tapi malah kelewat bukunya
Wah bukunya seru neh untuk dibaca, jadi penasaran neh, bukunya udah beredar toko buku kah mba?
BalasHapus